Dunia

Corona, AS Rilis Stimulus Baru Rp7.486 T untuk Korban PHK

DPR AS menyetujui stimulus ekonomi untuk korban PHK senilai Rp7.486 triliun. Stimulus di tengah pandemi corona itu diajukan Presiden Donald Trump. Ilustrasi.

GILANGNEWS.COM - Amerika Serikat (AS) kembali mengeluarkan paket stimulus ekonomi baru senilai US$483 miliar atau setara Rp7.486 triliun (asumsi kurs Rp15.500 per dolar AS). Paket bantuan di tengah pandemi virus corona ini ditujukan khusus untuk korban PHK atau pengangguran.

Stimulus ini diajukan oleh Presiden AS Donald Trump dan telah disetujui DPR AS pasca-perdebatan panjang antara kubu Demokrat dan Republik sejak paket bantuan pertama bernilai US$2,2 triliun atau Rp34.100 triliun.

Mengutip AFP, Jumat (24/4), stimulus baru ini disepakati karena jumlah pekerja yang mengajukan tunjangan pengangguran meningkat 4,4 juta orang menjadi 26,4 juta.

Secara rinci, paket stimulus ekonomi baru terdiri dari bantuan untuk usaha kecil agar bisa membayar gaji karyawan senilai US$320 miliar atau Rp4.960 triliun. Sebelumnya, usaha kecil sudah menerima bantuan anggaran senilai US$349 miliar atau Rp5.409,5 triliun.

Sisanya, sebanyak US$75 miliar atau Rp1.162,5 triliun untuk rumah sakit, US$60 miliar atau Rpp930 triliun untuk pinjaman dan hibah pemulihan bencana nonalam, termasuk US$25 miliar atau Rp387,5 triliun untuk perluasan uji virus.

Diketahui, jumlah pekerja yang mengajukan tunjangan pengangguran terus meningkat di AS sejak pemerintah memberlakukan kebijakan penutupan akses wilayah (lockdown). Kebijakan diambil untuk mengatasi penyebaran virus corona atau covid-19 di negara dengan ekonomi terbesar di dunia itu.

Sampai hari ini, Jumat (24/4) pukul 06.30 WIB setidaknya ada 866.646 kasus positif virus corona di AS. Dari jumlah itu, sebanyak 79.938 orang sembuh dan 49.759 orang meninggal dunia.

Dilema Bisnis

Survei CBS News melansir 63 persen warga AS mengaku khawatir dengan rencana pembukaan aktivitas usaha usai kebijakan lockdown dicabut. Mereka khawatir kasus pasien terinfeksi penyakit covid-19 kembali meningkat bila kegiatan bisnis dilakukan tanpa tahapan.

Trump pun mengkritik sejumlah pemimpin negara bagian yang mempertimbangkan hal itu. Salah satunya Gubernur Georgia Brian Kemp yang akan mengizinkan bisnis salon, tato, hingga pusat kebugaran beroperasi lagi mulai hari ini.

Para pemilik bisnis sebenarnya ragu untuk membuka bisnis. Sebab, tingkat keyakinan konsumen diperkirakan belum pulih total.

Mereka lebih memilih pembatasan tetap dilakukan, meski akan menekan perekonomian. Sementara, sekitar 13 persen masyarakat AS menyetujui pembukaan pembatasan.


Tulis Komentar