Nasional

Cerita dr. Aulia Giffarinnisa Menjadi Relawan Kesehatan Penanganan Covid-19

GILANGNEWS.COM - Meski banyak yang berguguran karena terpapar Covid-19 tidak menyurutkan niat dr. Aulia Giffarinnisa untuk mengabdi sebagai tenaga kesehatan di Rumah Sakit Darurat Covid-19 Wisma Atlet, Jakarta.

Tak hanya panasnya baju dan perlengkapan APD yang membaluti seluruh tubuhnya saat bertugas, awal bertugas ia sempat tidak mendapat restu keluarga. Maklum korban jiwa dan kasus positif terus bertambah sejak kasus pertama diumumkan pemerintah secara resmi pada awal Maret 2020.

Berperang dengan virus yang begitu cepat berpindah dan menginfeksi banyak orang membuat keluarga Farin ragu dengan keputusan yang diambil dokter yang pernah bertugas di daerah Sulawesi Selatan ini.

“Saya tidak menyerah dengan keinginan saya untuk mengabdikan diri, saya terus meyakinkan orang tua dan keluarga. Akhirnya izin dari orangtua saya keluar pada Agustus lalu dan mulai September saya bertugas di Wisma Atlet,” kisahnya dalam Dialog Produktif yang mengangkat tema ‘Berbakti untuk Kemanusiaan Tanpa Pamrih’, Jumat kemarin.

Ia bercerita selama bertugas banyak suka duka yang dihadapinya, terutama pada bulan September lalu dimana tempat tidur di komplek Wisma Atlet hampir penuh dengan pasien yang terpapar corona.

“Awalnya takut, namun akhirnya cepat beradaptasi. Sistem kerja shift 8 jam namun karena memakai APD maka harus bersiap satu jam sebelumnya. Selama bertugas juga tidak boleh membuka APD jadi tidak boleh buang air dan terpaksa puasa,” ceritanya.

Meski termasuk dokter muda dan dari daerah, Farin merasa aman dan nyaman selama melayani pasien. Dia juga tidak merasa berjarak dengan tenaga medis dan kesehatan lainnya.

“Di sini semuanya satu misi untuk menangani Covid-19 jadi semuanya disiplin. Beda dengan di luar, masih ada yang cuek dengan protokol kesehatan,” tuturnya.

Diakuinya, dalam dinamika bertugas pasti ada sejumlah tantangan utamanya dari para pasien yang dirawatnya, apalagi Farin bertugas untuk menangani pasien yang masuk kategori bergejala berat.

“Agak tertekan ketika menghadapi pasien yang ngeyel karena tidak nyaman dalam perawatan. Kadang mereka sering melepas selang oksigen padahal mereka sangat perlu hanya mereka merasa tidak nyaman,” ujarnya.

Jika menemukan pasien-pasien seperti itu, Farin mengaku akan melakukan pendekatan secara psikologis. Dia berusaha memahami para pasien banyak tertekan karena tidak ditemani oleh keluarga.

“Mereka hanya didampingi dokter dan tenaga kesehatan. Salah satu pengalaman tidak terlupakan menyaksikan bagaimana proses pasien yang satu bulan dirawat dengan gejala parah sekali hingga akhirnya bisa sembuh dan dinyatakan negatif dan diijinkan pulang,” ujarnya.

Kepada masyarakat luas, dr. Farin berpesan agar jangan menunggu dan berpikir lama untuk berkontribusi mulai dari hari yang paling kecil dan mudah dilakukan.

“Kontribusi minimal yang dapat dilakukan adalah mencegah penularan dari diri sendiri dan orang di sekitar. Laksanakan protokol kesehatan 3M,” tegas dokter yang sangat berharap agar segera ada vaksinasi ini.


Tulis Komentar