Nasional

Tak Mau Mengemis, Ayah dan Anak yang Lumpuh Ini Pilih Jadi Perajin Merci

Rochmad (kiri) dan Khoirul saat menjalankan aktivitasnya merajut merci.

GILANGNEWS.COM- Kendati kedua kakinya lumpuh, Rochmad (49) dan anaknya, Muhammad Khoirul Arifin (16), warga Jalan Kapten Darmo Sugondo, Gang XII D RT1/RW4, Kelurahan Indro, Kecamatan Kebomas, Gresik, Jawa Timur, enggan menjadi pengemis.

Ketimbang mengemis, keduanya lebih memilih menjalani profesi sebagai perajin merci yang upahnya terbilang sangat minim. Meski pekerjaan ini tak menghasilkan uang banyak, namun ayah dan anak ini menjalaninya dengan ikhlas dan selalu bersyukur.

“Saya bersyukur masih bisa menekuni merajut merci ini, daripada saya dan anak saya harus mengemis di jalanan dengan memanfaatkan keterbatasan fisik yang kami miliki,” tutur Rochmad, Selasa (22/11/2016).

“Selama usaha ini bisa saya jalani, terus akan saya lakukan. Meski terus terang, hasil yang didapatkan sangat kecil,” sambungnya.

Rochmad adalah ayah dari Khoirul dan tinggal dalam satu rumah. Selain Khoirul, pasangan Rochmad dengan Mariati (41) ini juga dikaruniai Muhammad Hidayat (22) selaku anak pertama dan Febby Dewi Puspitasari (4) yang merupakan anak bungsu.

Berbeda dengan Khoirul yang mengalami kelumpuhan sejak berusia 2,5 tahun karena terjatuh, Rochmad tak bisa berjalan karena kecelakaan kerja di PT Tulus Tri Tunggal pada Januari 2014 lalu.

“Untuk setiap merci yang kami hasilkan, satu bendel berisi 12 rangkaian merci. Di mana setiap harinya rata-rata kami mampu menghasilkan 11 bendel dengan upah Rp 8.000. Meski cukup kecil, tapi saya bersyukur masih diberi rezeki ini oleh Allah,” terangnya.

Usaha merangkai merci itu sendiri, sebagaimana dilansir kompas.com, didapatkan Rochmad dan Khoirul setelah ada pihak yang merasa iba dengan penderitaan mereka. Orang tersebut yang kebetulan mempunyai usaha di bidang konveksi akhirnya memberikan pekerjaan  kepada mereka.

“Kerjaan itu diberi oleh Ibu Sri yang membuka usaha konveksi di Jalan Veteran, Gresik. Setelah melihat kondisi suami dan anak saya yang lumpuh, maka dia merasa iba dan kemudian menawarkan pekerjaan ini sejak setahun lalu,” beber Mariati.

Guna membantu mencukupi kebutuhan keluarga sehari-hari, selain mengandalkan upah Hidayat dari pabrik tempat bekerja serta hasil merci yang didapat Rochmad dan Khoirul, Mariati juga membuka warung kecil-kecilan di depan rumahnya.

“Disyukuri saja, Mas. Mungkin kami sudah sedang dicoba oleh Allah. Karena kami yakin, semua sudah ada dalam takdir Allah,” pungkasnya.***


Tulis Komentar