Dunia

Mengungkap Alasan Saturnus Bisa Diamati dari Bumi

Posisi Saturnus sejajar dengan Bumi dan Matahari mulai malam ini hingga September.

GILANGNEWS.COM - Fenomena oposisi Saturnus yang bisa diamati dari Bumi mulai malam ini (9/7) hingga September akan membuatnya tampak bersinar putih kekuningan dengan kecerahan sedang.

Saturnus akan terbit di ufuk timur pada saat matahari tenggelam dan akan terus menanjak saat tengah malam. Ketika matahari terbit keesokan harinya, Saturnus akan mulai tenggelam.

Pada posisi berlawanan dengan matahari, Saturnus dalam posisi pengamatan terbaik sepanjang malam. Posisi ini biasa disebut oposisi Saturnus karena Bumi tengah mengorbit di antara matahari dan Saturnus atau singkatnya matahari-Bumi-Saturnus tampak berbaris lurus di bidang tata surya.

Dilansir Earth Sky, saat berada di posisi sejajar, planet superior tengah berada terdekatnya dengan Bumi. Pada fenomena kali ini Saturnus menjadi planet superior yang orbitnya berada di luar orbit Bumi (planet lain kecuali Merkurius dan Venus).

Saturnus yang berlawanan (beroposisi) dengan matahari sepanjang Juli hingga September membuatnya menerima pantulan sinar lebih baik dari matahari. Hal ini yang membuat Saturnus tampak lebih terang dari biasanya saat dilihat dari Bumi.

Posisi ini yang membuat Saturnus akan tampak seperti halnya bintang terang di angkasa. Jika diamati menggunakan teleskop, cincin es di sekeliling Saturnus yang berbentuk piringan akan tampak seperti lautan partikel es halus atau dikenal dengan sebutan efek Seeliger.

Selain bisa melihat cincin Saturnus dengan lebih jelas, pengamat juga bisa melihat benda langit seperti satelit Saturnus dan Jupiter pada malam ini.

Planet bercincin yang berada di konstelasi Sagitarius ini pada saat oposisi akan berada pada jarak 9,03 AU (1 AU= 150 juta km) dari Bumi. Saat diamati dari Bumi, Saturnus diameter sudut 18,4 detik busur dan bersinar dengan magnitudo visual 0,1. Demikian dikutip dari In the sky.

Kendati Saturnus bisa diamati sepanjang malam, planet ini mulai bisa diamati di ufuk timur setelah matahari tenggelam atau sekitar pukul 18:30 WIB. Planet Saturnus akan berada di titik tertingginya pada 23:55 WIB dan tenggelam di ufuk barat pada 05:26 WIB.

Oposisi Saturnus bisa diamati dari Jakarta baik dengan mata telanjang, maupun menggunakan teleskop. Fenomena serupa berikutnya akan terjadi pada 21 Juli 2020, 2 Agustus 2021, dan 14 Agustus 2022.

Peneliti Planetarium Jakarta, Widya Sawitar mengatakan pengamatan oposisi Saturnus bisa dilakukan seanjang malam selama cuaca cerah berawan.

Jadwal pengamatan di Planetarium akan dimulai pada pukul 18.30-19.30 di Planetarium Jakarta, Taman Ismail Marzuki, Jakarta Pusat. Pengamatan akan dilakukan pada sepanjang pekan ini Senin sampai Jumat (8-12 Juli) dan Senin pekan depan (15/7).


Tulis Komentar