Nasional

BI Masih Buka Ruang Penurunan Suku Bunga Acuan

Gubernur BI Perry Warjiyo mengaku ruang penurunan suku bunga acuan (BI 7DRRR) terbuka dengan tingkat inflasi yang masih rendah.

GILANGNEWS.COM - Bank Indonesia (BI) mengaku masih membuka ruang penurunan tingkat suku bunga acuan (7 Days Reverse Repo Rate/7DRRR) demi menjaga stabilitas nilai tukar rupiah. Apalagi, sejumlah indikator ekonomi masih mendukung peluang penurunan tersebut.

Saat ini, tingkat bunga acuan bank sentral nasional berada di level 4,5 persen. BI baru saja menurunkan bunga acuan sebanyak 25 basis poin (bps) dari sebelumnya 4,75 persen pada bulan lalu.

Gubernur BI Perry Warjiyo menjelaskan ruang penurunan bunga acuan bank sentral nasional masih terbuka karena tingkat inflasi di dalam negeri cukup rendah. Pada Februari 2020, inflasi secara bulanan sebesar 0,28 persen dan secara tahunan 2,98 persen.

Kondisi inflasi itu masih di bawah proyeksi BI sebesar 3 persen plus minus 1 persen sepanjang tahun ini. "Inflasi masih lebih rendah, memberi ruang untuk suku bunga," ujarnya, Kamis (19/3).

Selain inflasi, dukungan penurunan bunga acuan juga berasal dari tingkat suku bunga acuan bank sentral Amerika Serikat, The Federal Reserve. Diketahui, The Fed baru saja menurunkan bunga acuan mencapai 100 bps pada bulan ini demi menahan ekonominya dari tekanan pandemi virus corona atau covid-19.

Hal ini membuat selisih bunga antar kedua bank sentral cukup jauh. Saat ini, tingkat bunga acuan The Fed berada nol persen sampai 0,25 persen.

"Makanya, kami mempertimbangkan penurunan suku bunga hanya 25 basis poin, meski kami tahu penurunan bisa lebih tinggi," tutur Perry.

Ia menekankan bahwa stabilitas kurs rupiah sejatinya tidak hanya bisa dilakukan dengan pelonggaran kebijakan moneter dari BI. Sebab, bank sentral juga memiliki jurus di bidang makroprudensial dan riil.

Misalnya, BI menerapkan tiga lapis intervensi stabilitas rupiah di perdagangan pasar spot, SBN, dan DNDF. Kemudian, BI turut memperpanjang tenor repo SBN hingga 12 bulan yang berlaku mulai 20 Maret 2020.

Lalu, menambah frekuensi lelang FX swap bertenor satu bulan, tiga bulan, enam bulan, dan 12 bulan dari tiga kali seminggu menjadi setiap hari. Kebijakan ini berlaku mulai hari ini.

Selanjutnya, mempercepat penggunaan rekening rupiah dalam negeri (vostro) bagi investor asing sebagai underlying transaksi dalam transaksi DNDF, sehingga dapat mendorong lebih banyak lindung nilai atas kepemilikan rupiah di Indonesia. Kebijakan ini berlaku efektif mulai 23 Maret 2020.

Tak ketinggalan, BI juga menambah likuiditas di perbankan dengan melonggarkan batas cadangan kas bank di bank sentral nasional atau dikenal dengan istilah Giro Wajib Minimum (GWM). Dari kebijakan ini ada tambahan likuiditas rupiah senilai Rp74 triliun dan valuta asing (valas) sebesar US$3,2 miliar.

Sementara BI mencatat depresiasi nilai tukar rupiah mencapai 5,18 persen dari awal bulan ke pertengahan bulan ini. Sedangkan dibanding akhir tahun lalu, rupiah telah melemah 8,77 persen sampai Rabu (18/3) kemarin.

Hari ini, kurs rupiah nyaris menyentuh Rp16 ribu per dolar AS di perdagangan pasar spot. Rupiah bergerak di rentang Rp15.288 sampai Rp15.913 per dolar AS. Kondisi rupiah ini pernah dialami Indonesia saat krisis moneter 1998.


Tulis Komentar