Mereka menempuh perjalanan dengan ambulans selama tiga setengah hari menyusuri jalanan di India di tengah pemberlakuan lockdown atau karantina wilayah.
Pandemi Covid-19 membuat orang-orang mengalami kesulitan ketika melewati beberapa tempat, selama karantina wilayah, khususnya mengurus orang meninggal.
Peraturan karantina dan pembatasan wilayah membuat sangat sulit bagi sejumlah orang untuk membawa jenazah dan juga mengurus pemakamannya.
Jadi apa yang terjadi ketika ada seorang pemuda terkena serangan jantung dan meninggal dunia di tempat yang berjarak 3.300 km dari kota asalnya di India?
Inilah kisah dua pengemudi yang bergantian mengendarai ambulans untuk membawa jasad lelaki itu menyusuri jalanan di India selama lockdown, dan memulangkan ke keluarganya untuk dimakamkan.
Sambutan untuk para pahlawan
Penduduk setempat berbaris di jalan-jalan untuk menyambut dua pengemudi ambulans dengan kartu ucapan yang bertuliskan, "Tuhan memberkatimu."
"Ketika kami memasuki ibu kota negara bagian, Aizawl, orang-orang berbaris di kedua sisi jalan dan menyambut kami, bertepuk tangan. Kami merasa sangat tersanjung dan bahagia," kata salah seorang pengemudi, Jayendran Perumal.
Pria berusia 40 tahun dan rekannya yang sesama pengemudi, Chinnathambi Sellaiya, baru saja menempuh perjalanan yang berat dari negara bagian Tamil Nadu di India selatan.
Mereka melintasi jalur-jalur di negara itu dalam situasi lockdown, ke negara bagian Mizoram di timur laut, tempat mendiang berasal.
Mereka bergantian mengemudi selama tiga setengah hari untuk mencapai tujuan, dan hanya beristirahat sebentar.
Di antara kerumunan yang menyambut kedatangan tampak seorang pria memegang kartu yang bertuliskan, "Tuhan memberkatimu" dalam bahasa Tamil.
Tantangan di masa karantina wilayah
Kedua pengemudi tersebut kesulitan mencari makanan.
Pada 23 April, seorang lelaki berusia 28 tahun, Vivian Remsang, meninggal karena serangan jantung di kota pantai selatan India, Chennai. Pihak keluarga menginginkan jenazahnya bisa dipulangkan untuk dimakamkan di kampung halamannya.
Penerapan lockdown atau karantina wilayah membuat layanan penerbangan antara Chennai dan India timur laut melalui Kolkata ditangguhkan. Satu-satunya pilihan untuk membawa jenazah adalah melalui jalan darat.
"Jenazahnya dibalsem di rumah sakit pemerintah dan kami mendapat surat izin dari komisaris polisi kota Chennai dan berangkat ke Mizoram pada malam 24 April," kata Jayendran.
Sertifikat kematian dengan jelas menyebutkan penyebab kematian adalah serangan jantung, yang sangat melegakan.
Di beberapa bagian India, orang-orang menyerang petugas pemakaman para dokter yang meninggal akibat Covid-19, karena ketakutan yang tidak berdasar bahwa mereka mungkin bisa terinfeksi oleh mayat itu.
Hal kecil yang bisa saya lakukan
Teman mendiang, Raphael Malchhanhima, juga sepakat untuk turut serta dengan dua pengemudi ambulans tersebut.
"Ketika saya mendengar bahwa ada seseorang yang harus menemani jenazahnya, saya memutuskan untuk ikut, meski ada kekhawatiran untuk bepergian selama masa karantina wilayah. Paling tidak ini hal kecil yang paling bisa saya lakukan untuk teman saya dan keluarganya," kata Raphael kepada surat kabar The Hindu.
Mereka berkendara di sepanjang pantai timur India. Mereka menggunakan jalan pintas untuk mengelilingi kota-kota besar dan melalui koridor sempit yang terletak antara Bangladesh dan Nepal, mereka menyeberang kebagian timur laut India.
Cuaca yang berubah dan beragam kondisi wilayah
Selama menempuh perjalanan, ketiga orang ini harus menemui berbagai perubahan cuaca dan kondisi beragam di setiap pedesaan yang dilewati di India.
"Saat memulai perjalanan cuacanya panas dan lembab. Ketika kami sampai di Odisha, kami berhadapan dengan hujan lebat. Lalu saat meluncur menuju Mizoram, kami merasa kedinginan."
Ibukota Mizoram, Aizawl, terletak lebih dari satu kilometer di atas permukaan laut. Perjalanan terakhir membutuhkan waktu yang lama karena jalur berbukit ditambah dengan kondisi jalan yang buruk.
"Di beberapa tempat jalan sangat sempit sehingga hanya satu kendaraan yang bisa lewat pada satu waktu. Di sisi lain Anda juga menemui jurang yang curam," kata Jayendran.
Makan dan istirahat
Dua pengemudi itu mengatakan dokumen lengkap yang mereka miliki membantunya melakukan perjalanan tanpa hambatan selama tiga hari.
Karena negara tengah menerapkan aturan karantina, mereka sering diberhentikan di sepanjang jalan oleh polisi, namun mereka memiliki dokumen yang bisa diproses.
Stasiun pengisian bahan bakar diizinkan beroperasi untuk mendukung truk-truk angkutan komersial, tetapi karena banyak restoran tutup, ketiganya harus mencari pedagang makanan yang berjualan secara sembunyi-sembunyi di sepanjang jalan raya.
Mereka juga membeli makanan dari penduduk desa, tetapi terkadang yang harus mereka makan hanyalah biskuit. Mereka tidur di ambulans.
"Ketika kami menyerahkan jenazah itu kepada keluarga. Mereka sangat senang. Jasadnya pun tidak mengeluarkan bau busuk."
Jasadnya sudah dibalsem dan dimasukkan ke bagian pendingin di belakang ambulans, terpisah dari kabin pengemudi.
Kerabat mendiang dan para pejabat setempat ingin agar keduanya tetap tinggal selama sehari sebelum perjalanan pulang mereka. Tetapi mereka lebih suka pergi setelah istirahat singkat, bahkan sebelum pemakaman selesai.
Tak terlupakan
"Saya tidak akan melupakan cara orang-orang memperlakukan saya dengan baik dan rasa hormat sampai akhir hidup saya," kata Chinnathambi.
"Kami menempuh perjalanan sejuah 3.345 km. Orang-orang sangat berterima kasih dan memberi kami makan dan makanan ringan."
Keduanya berasal dari daerah pedesaan di Tamil Nadu, dan mengatakan mereka berpenghasilan sekitar $200 per bulan. Uang itu tidak cukup bagi mereka untuk membawa keluarga mereka ke ibukota negara bagian, Chennai
Ungkapan terima kasih
Kedua pengemudi itu dihadiahi kemeja dan selendang tradisional sebagai tanda terima kasih. Lalu uang tunai senilai 2.000 rupee (sekitar Rp391.000) diberikan kepada kedua individu tersebut oleh pemerintah negara bagian Mizoram.
Mereka mengungkapkan perasaan tak terkira oleh perlakuan orang-orang. Dalam perjalanan pulang, mereka memutuskan untuk membelanjakan uang yang mereka terima.
"Saya akan menyumbangkan uang itu ke panti jompo di dekat desa saya," kata Jayendran.
Chinnathambi pun memiliki gagasan serupa. "Saya akan membeli buku dan membagikannya kepada anak-anak kurang mampu."
Tulis Komentar