Nasional

'Semakin Banyak Bukti Omicron Hanya Sebabkan Gejala Ringan'

Mobil ambulans berjalan keluar usai mengantarkan pasien COVID-19 di Rumah Sakit Darurat COVID-19 (RSDC) Wisma Atlet Kemayoran, Jakarta, Senin (3/1/2022). Pemerintah menerapkan situasi tanggap darurat untuk mencegah penyebaran COVID-19 varian Omicron salah

GILANGNEWS.COM - Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan, lebih banyak bukti yang muncul bahwa, varian Omicron menyebabkan gejala yang lebih ringan terhadap pasien Covid-19 daripada varian sebelumnya. Gejala yang paling umum adalah gangguan saluran pernapasan bagian atas.

"Kami melihat semakin banyak penelitian yang menunjukkan bahwa Omicron menginfeksi bagian atas tubuh. Tidak seperti (varian) yang lain, paru-paru yang akan menyebabkan pneumonia parah," kata Manajer Insiden WHO Abdi Mahamud dikutip dari Reuters, pada Rabu (5/1).

Menurut Abdi, hal ini bisa menjadi kabar baik tetapi ia benar-benar membutuhkan lebih banyak penelitian untuk membuktikannya. Sejak Omicron terdeteksi pada November 2021, data WHO menunjukkan, bahwa itu telah menyebar dengan cepat dan muncul di setidaknya 128 negara.

Kemunculan Omicron telah memicu dilema bagi banyak negara dan orang yang ingin memulai kembali sektor ekonomi dan kehidupan mereka setelah hampir dua tahun diganggu oleh Covid-19. Namun kini, meski jumlah kasus baru Covid-19 di beberapa negara telah melonjak ke rekor terbaru, tingkat rawat inap dan angka kematian lebih rendah daripada fase lain sebelumnya selama pandemi.

"Apa yang kami lihat sekarang adanya keterpisahan antara kasus dan kematian," kata Abdi.

Pernyataan Abdi tentang pengurangan risiko penyakit parah akibat Omicron berpadu dengan data lain, termasuk penelitian dari Afrika Selatan yang merupakan salah satu negara pertama di mana Omicron terdeteksi. Namun, Abdi juga memberikan peringatan, bahwa lonjakan kasus varian Omicron berarti adalah ancaman bagi sistem medis di negara-negara di mana sebagian besar penduduknya belum divaksinasi.

"Tantangannya bukanlah vaksin tetapi vaksinasi dan menjangkau populasi yang rentan itu," kata Abdi.

Mutasi baru

Terkait penularan cepat Omicron, WHO juga mengingatkan, bahwa seluruh dunia saat ini berisiko memunculkan virus SARS-Cov-2 varian baru yang lebih berbahaya.

“Semakin banyak Omicron menyebar, semakin banyak transmisi dan replikasi, semakin besar kemungkinan untuk memunculkan varian baru,” kata petugas darurat senior WHO Cathrine Smallwood dalam sebuah pernyataan pada Selasa (4/1).

Smallwood menekankan, kendati kemungkinan berisiko lebih kecil dibandingkan varian Delta, Omicron tetap berpotensi menyebabkan kematian. Namun, tak ada yang dapat menebak tentang apa yang bisa dimunculkan varian terbaru Covid-19.

Smallwood mengungkapkan, sejak awal pandemi, Eropa sudah mencatatkan lebih dari 100 juta kasus Covid-19. Sebanyak lima juta kasus di antaranya tercatat pada pekan terakhir 2021.

“Kami berada dalam fase yang sangat berbahaya, kami melihat tingkat infeksi meningkat sangat signifikan di Eropa barat, dan dampak penuh dari hal itu belum jelas,” ujarnya.

Ia mengambil Inggris sebagai contoh. Menurutnya, negara tersebut sedang menghadapi peringatan krisis rumah sakit karena merebaknya penyebaran Omicron. Menurut Smallwood, negara-negara Eropa lainnya dapat menghadapi situasi seperti Inggris.

“Bahkan dalam sistem kesehatan yang canggih dan berkapasitas baik, ada perjuangan nyata yang terjadi saat ini, serta kemungkinan ini akan terjadi di seluruh wilayah saat Omicron mendorong kasus ke atas,” ujar Smallwood.

Di Indonesia hingga kemarin, kasus Covid-19 varian Omicron tercatat sebanyak 254 orang. Menurut Juru Bicara Vaksinasi Covid-19 Kementerian Kesehatan dr. Siti Nadia Tarmidzi, penambahan kasus konfirmasi Omicron di Indonesia masih didominasi oleh WNI yang baru kembali dari perjalanan luar negeri.

“Mayoritas (penularan) masih didominasi pelaku perjalanan luar negeri. Dari hasil pemantauan, sebagian besar kondisinya ringan dan tanpa gejala. Gejala paling banyak adalah batuk (49 persen) dan pilek (27 persen),” kata Nadia dalam keterangannya, Selasa (4/1).

Kementerian Kesehatan sendiri telah menerbitkan Surat Edaran (SE) Nomor HK.02.01/MENKES/1391/2021 tentang Pencegahan dan Pengendalian Kasus COVID-19 Varian Omicron (B.1.1.529) yang ditandatangani Menteri Kesehatan pada 30 Desember 2021.

Terbitnya aturan ini untuk memperkuat sinergisme antara pemerintah pusat dengan pemerintah daerah, fasilitas pelayanan kesehatan, SDM Kesehatan dan para pemangku kepentingan lainnya sekaligus menyamakan persepsi dalam penatalaksanaaan pasien konfirmasi positif Covid-19.

“Poin utama dari aturan ini untuk memperkuat koordinasi pusat dan daerah serta fasyankes dalam menghadapi ancaman penularan Omicron. Mengingat dalam beberapa waktu terakhir kasus transmisi lokal terus meningkat. Karenanya kesiapan daerah dalam merespons penyebaran Omicron sangat penting agar tidak menimbulkan klaster baru penularan Covid-19,” tuturnya.

DKI Jakarta adalah wilayah di Indonesia dengan temuan terbanyak kasus varian Omicron. Wakil Gubernur DKI Jakarta Ahmad Riza Patria, mengatakan, ada penambahan 90 kasus Covid-19 varian Omicron di DKI dalam 24 jam terakhir. Jumlah total sekitar 252 orang itu, kata dia, seluruhnya kini berada di Wisma Atlet dan RSPI Sulianti Saroso.

“Dari kasus impor 239 kasus, transmisi lokal 13 kasus. Seluruhnya berada di Wisma Atlet, dan RSPI Soeroso,” kata Riza saat ditemui di Balai Kota, kemarin malam.

Ditanya apakah mayoritas kasus itu warga Jakarta, Riza menampiknya. Menurut dia, banyak juga kasus Omicron tersebut didapat dari warga negara asing (WNA).

“Banyak juga dari warga luar negeri,” ucapnya.

Oleh sebab itu, pihak dia mengingatkan agar semua warga bisa tetap mematuhi protokol kesehatan. Menurut dia, hal itu menjadi modal utama untuk mengekang penyebaran Covid-19, termasuk varian Omicron.

Meski varian Omicron tidak memicu gejala penyakit parah pada pasien, Wakil Ketua Komisi VIII Ace Hasan Syadzily meminta semua pihak yang berkepentingan tidak menganggap enteng. Termasuk, kata Ace, dengan menahan diri untuk berangkat umroh ke Arab Saudi.

"Jangan anggap enteng atau anggap remeh soal penularan omicron," kata Ace Hasan saat dihubungi Republika, Rabu (5/1).

Ace mengatakan, masyarakat Indonesia terutama penyelenggara umroh harus tahu, saat ini beberapa negara sedang siaga malawan badai virus Omicron. Untuk itu hentikan kegiatan yang dapat meluaskan penyebarannya.

"Karena bagaimanapun kita tahu saat ini di beberapa negara sedang mengalami lonjakan kenaikan Covid-19 ya akibat dari varian baru," ujarnya.

Ace menyarankan, yang harus dilakukan Kemenag dan para penyelenggara perjalanan umroh (PPIU) melihat perkembangan dari penyebaran Omicron di beberapa negara termasuk di Arab Saudi. Untuk itu koordinasi dengan Satgas Penanganan Covid-19 jika ingin tetap memberangkatkan.

"Karena itu tentu saya meminta kepada kementerian agama berkoordinasi juga dengan komite penanganan Covid-19 soal keselamatan dari calon jamaah umroh kita yang nanti akan akan diberangkatkan ke Arab Saudi," katanya.

Jangan sampai kata Ace negara-negara lain menunda penerbangan umroh, Indonesia malah mengizinkannya. Demi keselamatan jiwa manusia, Kementerian Agama harus tegas menunda keberangkatana umroh.

"Karena kita tahu Malaysia saat ini juga menghentikan, beberapa negara juga sementara ini jadwal penerbangan mengalami penundaan, pembatalan akibat dari mulai menyebarnya varian baru Omicron ini," katanya.


Tulis Komentar