Pekanbaru

Begini Pandangan Firdaus Terhadap Potensi Kemaritiman Riau

GILANGNEWS.COM - Ada yang menarik dari serangkaian agenda kampanye dialogis paslon Firdaus-Rusli di wilayah pesisir Riau, yakni Kabupaten Meranti dan Bengkalis. Kepulauan Meranti merupakan kabupaten pecahan Bengkalis yang terdiri dari beberapa pulau, namun satu dan lainnya terpisah oleh karena miskinnya pembangunan infrastruktur, utamanya jembatan penghubung. Hal ini mengakibatkan tingginya biaya transportasi masyarakat yang berdampak pada tingginya harga-harga kebutuhan masyarakat.

Saat melakukan penyebrangan dari Selat Panjang menuju Bengkalis menumpangi Batam Jet 2 (21/2), Kapten Sagala dan Assitennya Saiful menghampiri Firdaus. Keduanya tampak heran dengan ramainya orang berfoto di deck penumpang. Setelah diketahui penyebabnya adalah kehadiran cagub, sang kapten menghampiri dan mengajak Firdaus berbincang-bincang di ruangan kemudi.

Sang kapten dan assistennya yang berasal dari Rokan Hilir tampaknya penasaran dengan pandangan Firdaus terkait isu kemaritiman. Sesaat setelah menstabilkan kemudi jet, Sagala langsung bertanya mengenai potensi ekonomi kelautan menurut pandangan Firdaus.

Tanpa canggung, Firdaus mengambil pena dalam sakunya dan mencoret ilustrasi jembatan sebagai penghubung Pulau Padang, Pulau Merbau, Pulau Tebing Tinggi dan Pulau Bengkalis. Menurutnya, jika ada jembatan, maka pengangkutan barang kebutuhan manusia menjadi lebih murah. Percepatan pembangunan desa tertinggal di pulau-pulau tersebut juga bisa dilakukan lebih cepat karena pengangkutan material lebih mudah dilakukan dengan transportasi darat.

Sebenarnya 3 pulau tersebut bisa dikonsentrasikan sebagai penghasil komoditas pertanian. Masih luasnya areal yang dapat diubah menjadi pertanian dan perladangan harus ditopang dengan pembangunan infrastruktur. Di Pulau Padang sendiri, Yayasan Laskar Alam telah menginisiasi warga disana untuk budidaya tanaman holtikultur, utamanya rempah dan buah-buahan, dan potensi budidaya ikan serta peternakan. Dengan didukung oleh modal, tekhnologi dan infrastruktur, pulau tersebut diharapkan bisa memenuhi kebutuhan rempah, buah dan daging di bumi lancang kuning.

“Saya selalu bilang, pembangunan itu tujuannya untuk memanusiakan manusia. Jadi jelas tujuan utamanya adalah manusianya.” seperti disebut Firdaus dalam dialognya kepada kapten kapal.

Selain infrastuktur, Firdaus juga menyoroti masalah abrasi. Menurut Firdaus, untuk mengatasi abrasi, mestilah dianalisa secara mendalam tentang arus laut yang semakin kuat. Menurutnya, para pakar harus meneliti penyebabnya, dengan begitu kita bisa tahu fenomenanya dan cara meminimalisir dampaknya.

Yang paling penting dalam pandangan Firdaus terkait kemaritiman ini adalah upaya perlindungan terhadap kekayaan alam. Ikan sebagai kekayaan terbesar dari laut harus dilindungi dari para pencuri ikan yang berasal dari asing. Menurutnya, pemerintah harus bekerjasama dengan petugas keamanan yang senantiasa menjaga perbatasan laut agar ikan-ikan diperairan Riau tidak dicuri. Firdaus juga menyoroti soal eksplorasi tambang dasar laut yang juga akan merusak populasi dan ekosistem ikan di laut.

Menurutnya tidak hanya sekedar merusak ekosistem, tapi ekploitasi tambang dasar laut juga berdampak pada kerusakan lingkungan jangka panjang. Firdaus juga dengan tegas menolak eksploitasi potensi timah disana karena antara pendapatan dan biaya recovery tidak seimbang dan dipastikannya akan merugi. Recovery menurutnya memerlukan waktu yang sangat lama, sehingga harus betul betul dihitung biaya recoverynya, setimpal atau tidak dengan hasil tambang timah. Firdaus tidak ingin keuntungan timah hanya dirasakan oleh perusahaan sementara anak cucu masyarakat Riau kedepan yang menanggung deritanya.

Sepanjang 30 menit Firdaus berbicara potensi maritim dihadapan kapten dan assistennya hingga tak terasa jet sudah mendarat di Bengkalis. Firdaus dan rombongan pun pamit untuk melanjutkan kampanye dialogisnya di Bengkalis.


Tulis Komentar