Politik

Capres Jokowi dan 'Sabda Mega' di Pulau Dewata

Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri menunjuk Joko Widodo sebagai calon presiden.

GILANGNEWS.COM - Rapat kerja nasional (Rakernas) III PDI Perjuangan di Sanur, Bali pada 23-25 Februari 2018, resmi ditutup, Minggu (25/2). Rakernas itu menjadi langkah konsolidasi terakhir bagi kader PDIP di seluruh Indonesia sebelum memasuki momentum Pilkada serentak 2018 dan Pilpres 2019.

Ketua Umum PDI Perjuangan, Megawati Soekarnoputri memberikan 'kejutan' ketika menggunakan hak prerogatifnya mengumumkan Joko Widodo sebagai calon presiden yang diusung PDIP di Pilpres 2019.

Agenda itu sendiri dihelat dan resmi dibuka di Grand Inna Beach Hotel, Sanur yang dua kamarnya tak pernah dibuka untuk umum -kamar 327 untuk Bung Karno dan kamar 2401 untuk penguasa Laut Selatan Nyi Roro Kidul- pada Jumat (23/2).

Di akhir pidato pembukaan Rakernas, Megawati mengeluarkan 'sabda' atau perkataan untuk memilih Jokowi kembali sebagai calon presiden PDI Perjuangan di Pilpres 2019 mendatang.

Mega menggunakan hak prerogatifnya sebagai ketua umum untuk memilih mantan gubernur DKI Jakarta itu sebagai capres.

"Dengan ini saya menggunakan hak prerogatif saya menyatakan calon presiden dari PDI Perjuangan, Ir Joko Widodo," kata Megawati saat mengumumkan Jokowi sebagai capres.

Ribuan peserta yang hadir kontan bersorak sambil berdiri dari kursinya masing-masing saat menyambut pengumuman itu.

Sekretaris Jendral PDIP Hasto Kristianto mengatakan awalnya Rakernas kali ini tak dirancang untuk mendeklarasikan capres maupun cawapres.

Menurutnya, Rakernas itu dijadwalkan hanya membahas konsolidasi dan persiapan kader guna menyambut agenda Pilkada 2018, Pemilihan legislatif dan Pilpres 2019.

Menurut Hasto, ucapan Megawati itu membuat terkejut semua kader PDIP yang hadir di acara Rakernas tersebut karena dinilai berlangsung tiba-tiba.

"Ibu sudah menutup pidatonya dengan salam penutup, tapi tiba-tiba dia melanjutkannya dengan keputusan pencalonan Jokowi," tambah Hasto.

Pengakuan Hasto itu diamini oleh sejumlah kader yang dikonfirmasi wartawan di lokasi Rakernas.

Setelah keputusan dikeluarkan, Megawati langsung berteriak 'metal, metal' yang diikuti oleh seluruh kader dengan gaya tangan keatas ala metal.

Gaya tangan bergaya 'metal' itu identik dengan nomor urut 3 yang didapatkan PDIP untuk penilu 2019 ketika melakukan pengundian di KPU.

"Metal, metal, pasti menang total," kata Hasto menirukan ucapan Megawati.

Saat mendengar pengumuman itu, Jokowi yang turut hadir di lokasi rakernas sontak langsung berdiri dan turut berteriak 'metal' seperti yang dikomandoi oleh Megawati.

"Antusias Pak Jokowi langsung berdiri dan berteriak 'metal, metal', sambil angkat tiga jari tangannya berbentuk metal keatas," kata politisi PDIP Andreas Hugo Pareira saat ditemui di tempat yang sama.

Setelah ditetapkan sebagai Capres, Jokowi lantas mengunjungi masyarakat di sekitar Pura Dalam Sangkehan, Denpasar yang berjarak 10 kilometer dari lokasi Rakernas PDIP untuk melaksanakan tugas kenegaraan.

Diketahui, Jokowi hadir dalam rakernas itu disela-sela kunjungan kerja kenegaraan di Bali.

Tepat di depan Pura Dalam Sangkehan itu, Jokowi mengaku telah diberikan kepercayaan oleh Megawati sebagai calon presiden dari PDIP.

"Saya mengucapkan terima kasih atas kepercayaan yang diberikan terlebih dgn tema Rakernas ketiga adalah pola Pembangunan Berdikari untuk Indonesia Raya," ujar Jokowi.

Kabar pengumuman Jokowi sebagai Capres itu tak banyak diketahui wartawan yang hadir di lokasi arena karena sifatnya yang tertutup.

Kabar pengumuman itu pertama kali diumumkan menggunakan media sosial resmi milik PDIP dan media sosial milik beberapa politisi PDIP.

Penetapan dan proses pemenangan Jokowi sebagai Capres itu dijadikan sebagai rekomendasi tunggal dari hasil Rakernas III PDIP saat memberikan pidato politik di penutupan rakernas kemarin.

"Kepada semua anggota dan kader PDIP dimanapun mereka berada bersama rakyat, untuk mengamankan menjaga dan mensukseskan Joko Widodo sebagai calon presiden RI," kata Megawati.

Cawapres Jokowi

Kini, tugas utama PDIP adalah mencari sosok calon wakil presiden yang akan mendampingi Jokowi di Pilpres 2019. Beberapa nama mulai menyeruak ke permukaan, baik dari kader internal maupun eksternal PDIP.

Nama seperti Puan Maharani disebut-sebut berpeluang mendampingi Jokowi dari internal partai. Sementara, nama-nama seperti Kepala Staf Presiden Moeldoko, Kepala BIN Budi Gunawan, dan Menkeu Sri Mulyani turut dipertimbangkan untuk mendampingi Jokowi.

Meski begitu, Hasto mengatakan partainya masih ingin membangun dialog terlebih dulu dengan parpol koalisi untuk menentukan nama cawapres pendamping Jokowi.

Ia juga menegaskan bahwa peserta Rakernas III PDIP telah bersepakat menyerahkan mandat ke Megawati untuk memutuskan nama Cawapres Jokowi.

"Kongres memberikan mandat kepada ibu ketua umum di momentum yang tepat mengumumkan Cawapres," kata Hasto di Bali, Minggu (25/2).

Pengamat Politik dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Wasisto Raharjo Jati menilai bahwa Megawati tak akan menggunakan hak prerogatifnya kembali untuk memilih Cawapres Jokowi.

Wasisto menilai Megawati dipastikan akan menimbang dan berdialog terlebih dulu dengan para parpol mitra koalisi untuk menyepakati cawapres itu sebelum memutuskannya.

"Saya rasa tidak. Akan sangat riskan kalau Megawati menunjuk langsung cawapres bagi Jokowi. Megawati juga saya rasa tidak mau menjadi real president di balik Jokowi, sehingga perlu sekiranya berdialog dengan mitra koalisi," kata Wasis saat dihubungi oleh wartawan pada Minggu (25/2).

Menurut Wasis, koalisi parpol pendukung berpotensi pecah jika Megawati menggunakan hak prerogatifnya untuk memilih Cawapres.

Menurutnya, sosok cawapres itu seharusnya bisa menjadi jembatan penghubung yang tepat antara PDIP, Jokowi dan para parpol pengusung.

"Riskannya, relasi dengan mitra koalisi bisa mudah pecah karena kepentingan politik. Sosok Cawapres nanti perlu bisa menjadi penjembatan antara PDIP, Jokowi, dan Parpol Koalisi," kata Wasia.

Tak hanya itu, ruang dialog dengan para parpol koalisi itu penting dilakukan untuk membangun konsensus agar mempermudah kinerja pemerintahan Jokowi jika terpilih kembali sebagai presiden di 2019.

Terlebih lagi, Wasisto berujar, berbagai macam isu politik yang muncul selama periode pertama pemerintahan Jokowi seperti isu komunisme, islam konservatif, LGBT, maupun minoritas Tionghoa terus menerus gencar menyerang Jokowi.

"Saya pikir Megawati selaku ketua umum perlu menimbang sosok cawapres yang bisa menjadi katalisator atas berbagai macam isu itu karna berpotensi menghambat kinerja pemerintah ke depan," kata dia.

Tak hanya itu, cawapres Jokowi juga akan mengambil peran menjadi mitra dialogis bagi kelompok oposisi. Sehingga, kebijakan yang diambil oleh pemerintahan kedepan akan berjalan dengan stabil tanpa potensi gangguan.

"Cawapres Jokowi juga perlu berperan jadi mitra dialogis bagi kelompok oposisi yang selama ini belum diwadahi, pungkas Wasisto.


Tulis Komentar