Nasional

Indonesia ingin 'Islam jalan tengah' diadopsi oleh negara-negara lain

Pertemuan tingkat tinggi tentang wasatiyyat Islam dihadiri oleh ulama dan cendekiawan Muslim dari dalam dan luar negeri.

GILANGNEWS.COM - Indonesia ingin wasatiyyat Islam atau 'Islam jalan tengah' lebih banyak diterapkan di negara-negara lain, karena di Indonesia, 'Islam jalan tengah ini' sudah dipraktikkan dan terbukti bisa membantu menjadi solusi persoalan di masyarakat.

Hal itulah yang ingin dicapai lewat pertemuan puncak para pemuka Islam dunia di Bogor yang akan berakhir Kamis (03/05), setelah dibuka resmi oleh Presiden Joko Widodo, Selasa kemarin.

"Secara praktis 'Islam jalan tengah' sudah dijalankan (di Indonesia), nah bagaimana wasatiyyat Islam ini direvitalisasi, bisa kita kembangkan di dalam umat Islam sendiri, dan dapat kita sumbangkan ke dunia untuk ikut mengatasi peradaban global yang tengah mengalami krisis," kata Din Syamsuddin, utusan khusus Presiden Joko Widodo untuk urusan dialog dan kerjasama antaragama dan peradaban.

Din menjelaskan KTT tersebut kepada BBC Indonesia menjelang pertemuan yang dihadiri lebih dari 100 ulama dan cendekiawan Muslim untuk membahas wasatiyyat Islam secara khusus.

Wasatiyyat Islam, menurut Din, tak sekedar moderat, seperti yang dipahami sejumlah kalangan.

"Lebih dari sekedar moderat. Pada wasatiyyat Islam ditemukan sikap berlaku adil, menegakkan keseimbangan, bersifat akomodatif, cenderung menengahi, mengakui kemajemukan, dan tidak terjebak ekstremitas, baik ke kanan maupun ke kiri," kata Din.

Pemerhati Islam dan guru besar di Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta, Noorhaidi Hasan, mengatakan 'Islam jalan tengah' bukan khas Indonesia dan konsep ini dikenal pula di negara-negara lain.

"Ini banyak dipakai oleh negara-negara Muslim dalam menghadang laju radikalisme dan terorisme," kata Noorhaidi.

"Arab Saudi misalnya sudah lama memakai istilah wasatiyyat," katanya.

Corak Indonesia

Noorhaidi mengatakan keberhasilan penerapan wasatiyyat Islam di Indonesia tak lepas dari faktor sejarah dan budaya.

"Ada tradisi menghargai perbedaan, ada dialog dengan agama-agama lain, sehingga menghasilkan pengamalan Islam yang damai. Ini karena praktik Islam di Indonesia akomodatif terhadap tradisi lokal. Mungkin ini yang ingin ditonjolkan dalam KTT di Bogor," kata Noorhaidi.

Ia menjelaskan bahwa penerapan corak 'Islam jalan tengah' ala Indonesia di negara-negara lain mungkin akan menimbulkan tantangan tersendiri.

"Ada pengalaman sejarah yang berbeda, ada pengalaman politik yang berbeda, itu semua akan berpengaruh. Di Indonesia, wasatiyyat Islam tercapai bukan karena interfensi pemerintah, tapi karena bekerjanya mekanisme kultural," kata Noorhaidi.

Dari dalam diri masyarakat Indonesia sendiri, sudah ada pandangan yang bersifat wasatiyat.

"Masyarakat Indonesia cenderung mencari jalan tengah, mencari mekanisme yang kompromistis," katanya dan membandingkannya dengan negara-negara Timur Tengah yang tak memiliki masyarakat madani sekuat Indonesia.

Sementara di Indonesia ada ormas Islam seperti Nahdlatul Ulama, Muhammadiyah, Persis, dan sejumlah ormas lain yang semuanya berkontribusi terhadap berkembangnya wasatiyyat Islam.

"Namun, sebagai sebuah upaya, mempromosikan dan merevitalisasi 'Islam jalan tengah' harus diapresiasi," kata Noorhaidi.


Tulis Komentar