Nasional

Dua Sahabat Jadi Korban Lion Air Usai Nonton Timnas di GBK

Tim SAR melakukan evakuasi di posko utama Basarnas, Pelabuhan JICT 2, Tanjung Priok, Jakarta.

GILANGNEWS.COM - Sejumlah anggota keluarga korban jatuhnya pesawat Lion Air masih mendatangi kawasan pelabuhan JICT, Tanjung Priok, Jakarta Utara. Dua di antaranya keluarga Muhammad Raffi Andrian dan Riyan Aryandi.

Abdul Rahman, orang tua Riyan Aryandi mengatakan putranya pergi ke Jakarta untuk menonton pertandingan Timnas Indonesia melawan Jepang di Gelora Bung Karno beberapa waktu lalu.

"Dia ada nonton pertandingan bola. Ngefans sama Timnas bersama temannya Andrian," kata Abdul Rahman di Pelabuhan JICT Jakarta, Rabu (31/10).

Rahman mengatakan anaknya menonton Timnas sekaligus berlibur ke ibu kota. Nahas, Rahman mendengar kabar dari tetangga terkait kecelakaan pesawat Lion Air penerbangan Jakarta-Pangkal Pinang pada Senin (29/10) pagi.

"Pas dicek ada manifes anak saya. Padahal sebelum malam kejadian, terakhir telepon mamanya, banyak ngomong dan cerita," katanya.

Setibanya di JICT, Rahman mengecek tumpukan benda-benda hasil evakuasi Basarnas. Di antara tumpukan tersebut, Rahman meyakini salah satu tas adalah milik Riyan.

"Sepatu sama tas, tapi isinya sudah kosong, identitas sudah dibawa ke RS Polri Kramat Jati Jakarta. Yakin seyakin-yakinnya (milik Riyan) karena waktu lebaran kemarin pulang dipakai," ujar dia.

Rahman berharap pemerintah bisa membantu menemukan anaknya dalam keadaan apapun. Dia menerima segala kemungkinan yang ada.

Di tempat yang sama, ayah Andrian, Epi Syamsul Komar menyatakan hal yang sama. Putranya meminta izin pergi ke Jakarta untuk menonton pertandingan sepak bola Timnas Indonesia di Gelora Bung Karno.

"Sabtu dia ke Jakarta untuk nonton Timnas yang lawan Jepang nonton bola. Dia pulang Senin pagi, ngejar pesawat pagi karena mereka harus kerja di Pangkal Pinang," kata Epi di Tanjung Priok.

Dia juga membongkar tumpukan barang yang dievakuasi oleh Basarnas. Epi menangis histeris melihat salah satu barang yang diyakini milik putranya.

"Sepatunya warna hitam sneakers, dia sendiri beli. Sama tadi kita sama Tim Basarnas sudah ketemu buku tabungan atas nama anak saya," ujar Epi.

"Sepatunya enggak boleh dibawa untuk kepentingan Tim Basarnas," lanjut dia.

Epi telah mengikhlaskan kepergian putranya. Namun dia meminta kepada pemerintah agar diperkenankan melihat jenazah putranya untuk yang terakhir kali.

"Saya sudah ikhlas, tapi saya ingin lihat jasad anak saya. Saya yakin dapat, anak saya, saya yakin masih di pesawat. Sepatunya itu hancur tadi sebelahnya. Tinggal tasnya warna hitam yang belum ketemu," katanya.

Hingga kini data yang tercatat di Posko Basarnas JICT ada sekitar 51 kantung jenazah yang sudah dievakuasi. Kantong jenazah tersebut sudah dievakuasi ke RS Polri Kramat Jati untuk diidentifikasi lebih lanjut. Pencarian korban pun masih berlanjut.


Tulis Komentar