Nasional

Dana Asing Banjir di Pasar Uang, BI Kurangi Intervensi

Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo.

GILANGNEWS.COM - Bank Indonesia (BI) mengaku sudah mulai mengurangi intervensi di pasar uang dan pasar surat utang untuk menjaga nilai tukar rupiah. Hal ini karena kurs rupiah sudah mampu menguat sesuai mekanisme pasar seiring kehadiran aliran modal asing yang masuk (capital inflow) ke Indonesia. 

Gubernur BI Perry Warjiyo mengatakan banjirnya aliran modal asing yang masuk (capital inflow) ke Indonesia memicu penguatan nilai tukar mata uang Garuda. Peningkatan inflow terjadi seiring berkurangnya kekhawatiran pasar atas rencana bank sentral Amerika Serikat (AS) Federal Reserve menaikkan tingkat suku bunga acuan. 

Maklum saja, sejak akhir tahun lalu, The Fed memang sudah memberi sinyal bahwa kenaikan bunga acuan hanya akan terjadi sebanyak dua kali tahun ini. Artinya, lebih rendah dari tahun lalu yang mencapai empat kali kenaikan. Hal tersebut berpotensi membuat capital inflow kembali ke negara-negara berkembang, termasuk Indonesia. 

"Sejak semakin besar masuknya aliran modal asing, BI sudah jarang lakukan intervensi di pasar valas, pergerakan rupiah lebih banyak ditentukan oleh pergerakan pasar," ucapnya di Kompleks Gedung BI, Jumat (18/1). 

Perry melanjutkan, tren masuknya aliran modal asing sejatinya juga sudah dirasakan Indonesia sejak akhir tahun lalu. Tercatat, pada Desember 2018, aliran modal asing yang masuk ke Tanah Air mencapai US$1,9 miliar atau setara Rp26,98 triliun (berdasarkan kurs referensi Rp14.200 per dolar AS pada Desember 2018). 

Sedangkan per 2-17 Januari 2019, setidaknya sudah ada modal asing mencapai Rp14,75 triliun. Modal asing itu mengalir ke Surat Berharga Negara (SBN) senilai Rp11,48 triliun dan saham di pasar modal Rp3,21 triliun. 

Menurut Perry, setidaknya ada dua hal yang membuat aliran modal asing kembali deras ke Indonesia. Pertama, berkurangnya keagresifan The Fed. Hal ini membuat The Fed tak lagi mengerek bunga acuannya, sehingga jarak imbal hasil (yield) antara SBN Indonesia dengan surat utang AS (US Treasury) menyempit. 

Data bank sentral nasional mencatat jarak imbal hasil kedua surat utang sekitar 124,1 poin pada pekan ini. Padahal, pada pekan lalu masih di kisaran 126,3 poin. 

"Hal ini membuktikan bahwa kepercayaan investor global terhadap Indonesia kuat dan me-respons kebijakan BI, pemerintah, dan OJK," katanya.

Kedua, prospek ekonomi Indonesia cukup terjaga, sehingga menambah kepercayaan investor asing. Hal ini tercermin dari inflasi yang terkendali di kisaran 3,13 persen sepanjang tahun lalu, meski tantangan defisit transaksi berjalan masih ada. 

Kondisi awal tahun ini berbeda dengan tahun lalu, ketika rupiah ibarat turbulensi hebat. Saat itu, BI kerap menggelontorkan cadangan devisa ke pasar uang dan surat utang demi menjaga kurs rupiah. 

Meski tak ada data pasti dari bank sentral mengenai besaran cadangan devisa yang digunakan untuk intervensi, namun diketahui cadangan devisa melorot dari US$131,98 miliar pada Januari 2018 menjadi US$120,7 miliar pada Desember 2018. 

Sementara itu, kurs rupiah di pasar spot berada di posisi Rp14.186 per dolar AS pada sore ini. Sedangkan kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) BI menempatkan rupiah di posisi Rp14.182 per dolar AS.


Tulis Komentar