Nasional

Kongres 'Dadakan' Parpol untuk Cari Aman Jelang Pemilu 2024

Ilustrasi.

GILANGNEWS.COM -  Pesta akbar demokrasi resmi dinyatakan selesai dengan penetapan Joko Widodo-Ma'ruf Amin sebagai Presiden dan Wakil Presiden terpilih periode 2019-2024 oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU) pada 30 Juni lalu. Namun kenyataannya pergolakan politik setelah pilpres 2019 belum usai.

Selain ribut soal rebutan jabatan kabinet dan pimpinan parlemen, sejumlah partai politik menyatakan akan mempercepat jadwal kongres atau musyawarah nasional (munas) untuk menentukan arah politik lima tahun ke depan.

Sejumlah partai besar seperti PDI Perjuangan, Golkar, NasDem, Demokrat, Partai Amanat Nasional (PAN), Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), hingga Partai Keadilan Sejahtera (PKS) menyatakan diri akan menggelar kongres dengan sejumlah agenda besar.


PDI Perjuangan sendiri kabarnya akan menggelar Kongres atau Munas Agustus mendatang. Nama Megawati Soekarnoputri masih digadang-gadang akan tetap memimpin partai berlambang banteng itu hingga menepis adanya regenerasi. Hal serupa juga disebut akan terjadi di NasDem, dengan tetap mengusung kembali Surya Paloh.

Sementara PAN, PKS, PKB, Demokrat hingga Golkar justru makin riuh karena dikabarkan akan berganti kepemimpinan. Desakan pergantian terhadap Airlangga Hartarto di Golkar dan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) di Demokrat ramai diperbincangkan.

Pengamat politik dari Populi Center, Rafif Pamenang Imawan menyebut adanya fenomena percepatan munas atau kongres beberapa partai besar ini bukanlah sesuatu yang luar biasa.

Rafif justru melihat hal ini sebagai langkah pengamanan dan konsolidasi dari setiap parpol demi menghindari pergolakan partai usai pelantikan Jokowi-Ma'ruf pada 20 Oktober mendatang.

"Kalau tidak solid dan bergejolak bisa berakibat pada merosotnya suara partai pada pemilu selanjutnya," kata Rafif kepada media, Jumat (5/7).

Rafif menilai stabilitas internal partai, terutama untuk parpol besar, diperlukan untuk menyongsong percaturan politik baru di tahun 2024 nanti.

"Partai politik memiliki platform yang beragam dan pangsa pemilih yang berbeda pula, sehingga pada dasarnya agenda munas ini konsolidasi internal partai," kata dia.

Rafif juga menyinggung soal kelangsungan partai-partai yang tetap setia dengan wajah lama dengan kondisi politik tahun 2024 yang diwarnai pemilih awam nan muda. Namun ia yakin selama konsolidasi di internal berjalan dengan baik, siapapun pemimpin dan pemilihnya kesuksesan partai bisa tetap didapatkan.

"Selama konsolidasi internal partai mulus, maka tidak akan terlalu banyak berpengaruh pada suara pemilih," katanya.

Sementara itu, Founder dan CEO Alvara Research Center, Hasanuddin Ali justru memiliki pandangan yang berbeda. Bagi dia pergantian kepemimpinan bagi partai politik sangat penting.

Ali mengingatkan percaturan politik lima tahun mendatang akan berbeda dan mendatangkan pemilih baru dan muda dengan pola pikir berbeda pula.

"Nah memang kalau dilihat dari sisi usia sudah seharusnya partai itu memikirkan tokoh muda yang untuk urus partainya," kata Ali.

Meski begitu, dia paham betul bahwa setiap partai politik tentu memiliki pertimbangan sendiri ketika mempertahankan wajah lama sebagai pengurus hingga ketua umum partainya.

"Ya memang ini setiap partai punya pertimbangan masing-masing dalam menentukan Ketumnya, dan kebijakan regenerasi masing-masing," kata dia.

Lagi pula, Ali menilai tidak menutup kemungkinan Ketua Umum yang saat ini belum diganti justru akan lengser menjelang Pemilu 2024 mendatang dengan berbagai kejadian dan pertimbangan.

"2024 kan masih cukup lama dan dinamika partai dari waktu ke waktu sangat dinamis. Bisa jadi jelang 2024 ada Ketum baru yang memungkinkan tokoh muda memimpin partai lama untuk merespons dukungan dari kaum muda," katanya.


Tulis Komentar