Nasional

Cerita Eks Mahasiswi soal Kedermawanan Dosen IPB Pemilik Bom

Ilustrasi kampus IPB.

GILANGNEWS.COM - Suci masih tidak percaya bekas dosen pembimbingnya sewaktu kuliah, AB ditangkap polisi dan dijadikan tersangka atas dugaan kasus penyimpanan 28 bom molotov yang dipesan dari Ambon untuk acara aksi mujahid 212.

Semasa berkuliah di Institut Pertanian Bogor (IPB) ia menganggap AB dosen dengan segudang prestasi. Fakta itu yang membuat Suci dan teman-temannya di IPB kaget dengan pemberitaan di media beberapa hari belakangan.

"Sejujurnya kaget sih saat itu karena gue enggak expect beliau akan ada di frame (pembuat bom)," kata Suci saat berbincang dengan wartawan, Jumat (4/10).

Suci mengenang, kedekatannya dengan AB saat ia melaksanakan tugas akhir kurang lebih selama enam bulan pada tahun 2013 lalu. Selama menjalani tugas akhir, Suci kerap beberapa kali mengunjungi rumah pribadi AB karena kesibukannya yang sering menjadi pembicara di dalam dan luar kampus.

"Dari semester 8 itu beliau fun banget, hubungin dia gampang dan kalau bimbingan skripsi ke rumahnya karena doi sibuk kadang enggak bisa ditemui di kampus," ujar dia.

Selama bertandang ke rumah AB, Suci mengaku tak melihat gerak-gerik AB ke arah radikal. Rumah AB disebut Suci besar dan AB juga disebut memelihara burung. Selama bersinggungan dengan AB juga tidak ada sedikit pun pembicaraan keduanya yang menyinggung soal Islam ataupun ajaran-ajaran yang bersifat mencuci otak (brain wash).

"Secara personal gue ngelihat dia bijak banget orangnya enggak pernah ada sama sekali dia berusaha buat brain wash istilahnya kamu harus melakukan ini itu atau bawa-bawa kamu harus jadi Islam yang (ini itu)," jelas dia.

"Enggak kita emang pure ngomongin soal skripsi terus dia ngasih advice kehidupan kaya kamu harus enggak boleh menyerah setelah lulus mau ngapain kayak gitu," lanjut Suci.

Sewaktu revisi dan tugas akhir pun Suci menganggap AB dosen yang sangat mendukung mahasiswanya. Tidak ada kesulitan yang dialami Suci sampai dengan tugas akhir selesai. Keseharian AB juga dikenal luwes dan akrab dengan mahasiswa.

"Kalau ada acara beliau pasti ambil foto terus di upload di facebook-nya," kenang Suci.

Di mata anak kuliah yang lain, ujar Suci, AB pun terkenal sosok dermawan. Satu waktu, anak didik AB pernah melakukan perjalanan studi ke luar negeri namun bantuan dana dihentikan di tengah jalan. AB kemudian membantu dari koceknya sendiri. AB juga tak segan membawakan oleh-oleh kepada anak muridnya setelah perjalan dari luar.

"Doi dermawan ya, bahasannya royal lah kalau nyangkut sama anak murid itu enggak pelit," jelas dia.

Lebih lanjut, Suci mengaku bahwa AB memiliki penampilan seperti jenggot putih sejak waktu kuliah. AB bahkan pernah memiliki rambut gondrong sewaktu menjadi dosen.

"Dia emang rambut putih jenggot putih, tapi sempat gondrong waktu ngajar. Gue enggak tau gondrong apakah strange atau tidak tapi gondrong style. Di luar dari kegondrongannya itu termasuk yang gue idolakan selama kuliah," beber dia.

Di akhir pembicaraan, Suci menegaskan bahwa penjelasannya soal AB ialah AB yang ia kenal sebagai dosen enam tahun lalu. Sudah lama tak bersua, Suci mengaku tak tahu menahu kegiatan AB selama enam tahun.

"Gue sempat lihat foto dia di twitter in person itu Pak AB. Gue enggak percaya dia di frame pembuat bom. Tapi sosok pak AB yang gue lihat adalah pak AB 6 tahun lalu. Entah selama enam tahun berubah tapi dari impression enam tahun lalu dia enggak ke arah itu sama sekali," tegas dia.

Tak hanya di mata mahasiswa, Linda, dosen di Fakultas Ekonomi dan Manajemen (FEM) IPB ini mengaku banyak mendapat 'pelajaran kehidupan' dari sosok AB.

Ia mengaku sudah mengenal AB sebelum menjadi dosen di IPB. Tepatnya sejak 2003 ketika menjadi mahasiswa di FEM IPB.

"Kalau mengajar dulu waktu saya jadi mahasiswa ya tidak ngantuk gitu, malah (beliau) jadi dosen yang ditunggu-tunggu," kata Linda kepada wartawan, Rabu (3/10).

Ia menuturkan AB sering melakukan kegiatan pengabdian masyarakat dan penelitian. Sontak, saat informasi penahanan AB tersebar di grup WhatsApp dosen, meninggalkan tanda tanya besar di kalangan dosen FEM IPB.

"Kami langsung kontak beliau, tapi sudah tidak bisa dikontak lagi. Telepon, dan apapun," imbuh Linda.

Kepala Departemen Manajemen IPB Wita Juwita Ermawati juga melihat sosok AB sebagai dosen baik. Ia mengatakan AB seringkali mendapat penilaian tertinggi dari mahasiswa.

Kendati demikian, Wita menerangkan hanya mengenal AB dalam lingkup akademik. Ia tidak mengetahui hubungan AB dengan sosok di luar institusi pendidikan.

"Kiprah beliau di luar itu, memang di luar sepengetahuan. Artinya beliau dalam konteks tiga poin (tridharma) itu sangat baik," kata Wita.

"Kami prihatin sekali, dan kaget lah ya," jelasnya.


Tulis Komentar