Dunia

Pekerja Seks di Peru Buat Dapur Umum demi Bertahan Hidup

Ilustrasi. Tak bisa bekerja karena lockdown akibat pandemi, para pekerja seks di Peru memilih menjalankan dapur umum demi bisa bertahan hidup.

GILANGNEWS.COM - Para pekerja seks komersial di Peru saling bahu-membahu membuat dapur umum dari bantuan bahan makanan yang mereka terima. Dapur umum itu membuat makanan yang akan dikonsumsi oleh diri dan anak mereka karena tak bisa mencari nafkah kala pandemi Covid-19.

"Kami membuat 70 makanan pada Selasa, Kamis, dan Sabtu, karena kebanyakan perempuan di sini bekerja di jalanan dan tak ada pekerjaan [saat ini]," kata Lidia Portales yang membantu menjalankan sebuah yayasan yang mewakili para pekerja seks di Lima, Peru.

Bila anak-anak mereka tak memiliki makanan, "para ibu putus asa dan saya memiliki tiga perempuan yang melahirkan saat karantina," tambah Portales dari jaringan The Miluska Life and Dignity.

Dalam sebuah rumah besar di pusat kota Lima yang bersejarah, sekelompok PSK menyiapkan sepanci besar makanan matang untuk para teman dan keluarga mereka.

Kelompok masyarakat ini menghadapi kekhawatiran dan masa tak menentu sejak Peru terpaksa menerapkan lockdown sejak 16 Maret lalu.

Mengenakan masker merah, dan beberapa di antaranya juga berhak tinggi, para perempuan tersebut tiba membawa anak-anak mereka dalam gendongan.

"Miluska Life and Dignity adalah organisasi saya, organisasi kami dan semuanya," kata Leida Portales.

Perempuan 53 tahun tersebut adalah pemimpin jaringan yang berfokus pada aksi melawan kriminalisasi dan kekerasan terhadap pekerja seks komersil, dan membela hak kelompok tersebut atas akses kesehatan.

"Kami punya kasus ekstrem dari para perempuan yang bekerja di rumah bordil yang kini ditutup. Apa yang bisa mereka lakukan? Bagaimana mereka bisa menyokong keluarganya?" kata Portales.

"Ada rekan kami yang hidup di kamar kecil bersama anak-anak mereka. Mereka menjual diri mereka sendiri untuk mendapatkan makanan demi anak-anak dan mereka sendiri,"

"Kemudian ada rekan kami yang lain di lokasi lainnya yang pergi bekerja di jalanan yang juga datang ke sini untuk mendapatkan makanan,"

Peru sejauh ini telah menjadi negara dengan kasus Covid-19 terbanyak kedua di Amerika Latin, dengan catatan 187 ribu kasus dan lebih dari 5.000 kasus kematian.

Selain menjalankan dapur umum, organisasi tersebut juga menyalurkan makanan ke sejumlah wilayah di Lima. Makanan tersebut merupakan hasil dari donasi dan dari penjualan masker juga sirup buatan sendiri.

Organisasi yang dipimpin Portales tercatat telah membantu sekitar seribu pekerja seks komersial sejak didirikan pada 2004.

Prostitusi merupakan aktivitas legal di Peru, namun menjadi muncikari, perdagangan orang, serta eksploitasi seksual merupakan tindakan ilegal.

Masalahnya, sederet tindakan itu merupakan masalah yang menghantui perempuan dari golongan masyarakat miskin di negara tersebut.

Meskipun prostitusi legal, para pekerjanya tetap mendapatkan stigma dari masyarakat yang secara umum masih konservatif.

Meski Peru telah menerapkan lockdown, sejumlah pekerja seks komersial tetap memilih untuk bekerja di jalanan meski terancam tertular Covid-19.

"Polisi memperlakukan kami seperti tahanan. Ketika kami bekerja mereka mendenda kami dan meminta kami menjalani tes Covid-19," kata Portal.

Namun dengan kebutuhan makanan demi keluarga, para pekerja seks komersial ini tak punya pilihan lain.

"Bila mereka pergi bekerja mereka akan mengekspos diri mereka sendiri dan keluarga mereka. Jadi pemerintah telah mengeluarkan instruksi, kami menghormatinya, namun siapa yang ingat akan perut anak-anak ini?" kata Portal.


Tulis Komentar