Riau

Pengakuan Pasien Covid-19 di Pekanbaru, Ibnu Mas'ud: Awalnya Cuai dengan Protokol Kesehatan

H Ibnu Mas'ud saat dirawat di RSUD Arifin Achmad Pekanbaru.

GILANGNEWS.COM - Salah satu pasien terkonfirmasi Covid-19 di Riau memberikan kesaksian selama dirawat di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Arifin Achmad Riau.

"Saya Ibnu Mas'ud, Alhamdulillah qhadharallah masih dirawat di RSUD Arifin Achmad akibat terkena wabah Covid-19. Saya ingin berbagi pengalaman bersama saudara saudarku tentang apa yang saya alami dan apa yg rasakan sebelum divonis terkonfirmasi Covid-19," ungkap Ibnu Mas'ud dalam pengakuannya yang diterima wartawan, Selasa (4/8/2020).

Ibnu bercerita, awal-awal munculnya wabah corona ia percaya penuh bahwa ini wabah itu berbahaya dan mudah menyebar. Namun kebiasaan berjalan dan keluar rumah tidak pernah berhenti. Dia mengaku sering diingatkan agar tetap di rumah dan keluar bila perlu saja, pakai masker dan sering cuci tangan.

"Namun kedisiplinan menerapkan protokol kesehatan kerap dilanggar, karena badan ini terasa enak-enak saja. Ajakan kawan keluar hanya sekedar ngopi atau sarapan saya penuhi. Duduk tanpa jaga jarak yang aman. Tidak pakai masker yang benar. Masker hanya digantung di dagu atau di leher," ujarnya.

Bahkan, sebut Ibnu, awal Juli lalu ia ke Jakarta untuk urusan yang sebenarnya masih bisa ditunda. Karena ia yakin saja dengan hasil rapid test yang non reaktif, ia tetap berangkat. Padahal belum juga tahu bahwa hasil rapid hanya tes awal dan hasil tidak 100 persen akurat.

"Akhirnya tanggal 21 malam saya merasakan badan kurang enak. Selera makan mulai terganggu. Esoknya saya langsung ke RS untuk minta dirawat. Setelah diperiksa dokter sampaikan hasilnya saya terkena DBD. Dengan trombosit yang turun menjadi 109.000. Saya yakin bahwa ini DBD. Selama tiga hari DBD-nya diobati, dan Alhamdulillah hasilnya memuaskan. Hari keempat muncul gejala lain. Batuk disertai dahak berdarak. Tenggorokan teras kering. Saya minta dokter periksa lagi. Siang itu juga saya di test swab dan difoto thorax. Setelah itu langsung dipindahkan ke kamar isolasi. Dengan kondisi dan daya tahan tubuh menurun. Makan sudah susah sekali. Minum air terasa tidak manis lagi," ungkapnya.

Sambil menunggu hasil tes swab, kemudian Ibnu minta dipindah ke RSUD Arifin Achmad. Dengan pertimbangan tim pencegahan wabah Covid-19-nya lebih banyak dan lengkap dan punya bangunan khusus untuk pasien Covid-19.

"Alhamdulilah Minggu malam saya dipindah dengan kondisi cukup lumayan menderita dan rasa badan tidak menentu. Di RSUD AA langsung diberikan obat, dan infus. Alhamdulillah Senin paginya rasa badan lumayan enak. Walau untuk makan masih hilang selera. Modal zikir, doa dan baca Alquran jadi penambah semangat dan membuat saya bertambah yakin bahwa ini ujian yang Allah berikan. Alhamdulillah sampai hati ke-13 ini kondisi bertambah baik, dan sudah empat hari infus tidak dipasang lagi," jelasnya.

Dari kejadian yang dialaminya, Ibnu mulai menyadari bahwa selama ini ia sudah banyak lakukan kesalahan. Terutama abai dan cuai untuk patuhi protokol Covid-19, dan terkadang cendrung meremehkan.

"Akibatnya saya sendiri benar-benar mengalaminya. Alhamdulillah rupanya apa yang saya alami masih ringan dibanding beberapa pasien Covid-19. Yang juga dirawat digedung yang sama," akuinya.

"Teringat saya dengan nasihat Rasulullah tentang bagaimana seharusnya kita menghadapi wabah mematikan, Rasulullah SAW mengingatkan, Tha'un (wabah penyakit menular) adalah suatu peringatan dari Allah Subhanahu Wa Ta'ala untuk menguji hamba-hamba-Nya dari kalangan manusia. Maka, apabila kamu mendengar penyakit itu berjangkit di suatu negeri, janganlah kamu masuk ke negeri itu. Apabila wabah itu berjangkit di negeri tempat kamu berada, jangan pula kamu lari darinya (HR Bukhari dan Muslim dari Usamah bin Zaid)," terangnya.

"Rasulullah juga menganjurkan untuk isolasi bagi yang sedang sakit dengan yang sehat agar penyakit yang dialaminya tidak menular kepada yang lain. Hal ini sebagaimana hadits: 'Janganlah yang sakit dicampurbaurkan dengan yang sehat' (HR Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah). Dengan demikian, penyebaran wabah penyakit menular dapat dicegah dan diminimalisasi," sambungnya

Menurutnya aktivitas itulah yang sekarang dikenal dengan social distance, yakni suatu pembatasan untuk memutus rantai penyebaran wabah Covid-19. Caranya adalah jauhi kerumunan, jaga jarak, dan di rumah saja. Kegiatan social distance tak hanya dalam muamalah seperti pendidikan, ekonomi, politik, hukum, sosial, budaya, pemerintahan, dan sebagainya yang langsung berhubungan dengan sesama manusia, tetapi juga dalam ibadah.

Dengan demikian, lanjut Ibnu, salat berjamaah di masjid boleh diganti dengan salat di rumah. Shalat Jumat pun boleh diganti dengan salat Zhuhur di rumah guna menghindari wabah penyakit.

"Inilah yang kemudian dalam hadits yang dijadikan kaidah fikih, yakni la dharara wala dhirar, 'Tidak boleh berbuat mudarat dan hal yang menimbulkan mudarat' (HR Ibn Majah dan Ahmad ibn Hanbal dari Abdullah ibn 'Abbas), dijadikan pedoman untuk menghindari mudarat yang lebih besar. Hadits inilah saya tidak serius amalkan dan kerjakan walau sudah baca berulang-ulang. Padahal disini jelas dan terang bagaimana Rasulullah menjelaskan dan berikan nasihat," sebutnya.

"Kesimpulanya, bahwa apa saya alami ini adalah ujian dan pelajaran berharga yang perlu berbagi kepada saudara-saudaraku. Yang namanya new normal bukanlah sesuatu yang kita jalani dengan kebebasan tanpa ikut aturan. Tapi sebuah situasi baru yang kita benar-benar harus ikuti dan jaga agar tubuh bisa menghadapi wabah," ucapnya.

Kemudian kebiasaan mengusap muka, masukkan jari ke hidung dan mulut, menggosok gosok mata adalah satu kebiasaan yang sangat berpotensi sebagai pengantar virus kedalam tubuh.

Apalagi dalam kondisi tidak cuci tangan sebelumnya.

"Mari saudara ku, patuhilah protokol pencegahan Covid-19. Jangan nekat untuk mencoba menikmati wabah ini. Karena kondisi daya tahan kita tidak sama. Jika kita kena, akan ada beberapa orang yang dekat juga berisiko kena. Saya sudah membuat empat orang terkena wabah ini. Tanpa tahu kapan dan dimana virus ini masuk ke tubuh mereka. Saya sedih dan menyesal. Gara-gara kelalaian saya orang lain dan orang terdekat saya ikut merasakan akibatnya. Semoga Allah angkat virus ini dari tubuh saya dan orang orang yang sedang mengalami dan tidak meninggalkan sedikitpun," cakapnya.


Tulis Komentar