Dunia

Dunia Gaduh Gara-gara Macron

Presiden Prancis, Emmanuel Macron.

GILANGNEWS.COM - Ibarat film laga, selalu ada satu dua hal yang mengusik kedamaian dunia persilatan. Celoteh Presiden Prancis, Emmanuel Macron, memicu kemarahan umat Islam di berbagai belahan dunia.

Situasi Prancis sempat memanas sejak tragedi Charlie Hebdo 2015 dan masih berbuntut di 2020.

"Ada kelompok radikal Islam, sebuah organisasi yang mempunyai metode untuk menentang hukum Republik dan menciptakan masyarakat secara paralel untuk membangun nilai-nilai yang lain," ujar Macron di awal Oktober 2020 lalu.

Tidak berhenti sampai di situ, pada Jumat (23/10) kemarin, ia mengatakan Islam adalah "agama yang mengalami krisis di seluruh dunia". Pernyataan ini ia keluarkan pasca insiden pemenggalan guru sejarah, Samuel Paty, oleh Abdoullakh Abouyezidovitch (18). Insiden dipicu pembahasan kartun Nabi Muhammad S.A.W di kelasnya.

Macron menganggap Paty adalah martir yang mengusung kebebasan berpendapat dan pelaku adalah seorang radikal Muslim. Ia pun menindaklanjuti insiden ini dengan perintah pengawasan terhadap ormas Islam Prancis dan menutup sejumlah masjid yang mencurigakan.

"Sekularisme adalah pengikat persatuan Prancis. Jangan biarkan kita masuk ke dalam perangkap yang disiapkan oleh kelompok ekstremis, yang bertujuan melakukan stigmatisasi terhadap seluruh Muslim," ujar Macron.

Tak pelak, celoteh Macron menuai kecaman dan protes dari negara-negara Islam di berbagai belahan dunia. Mulai dari negara-negara Timur Tengah, Turki, Pakistan, Iran, Bangladesh, Malaysia, juga Indonesia melayangkan kecaman. Di Indonesia, protes dan kecaman mengalir dari organisasi Islam seperti MUI, PP Muhammadiyah, GP Ansor, PA 212, kemudian juga dari sejumlah tokoh.

Baik MUI dan Muhammadiyah mendesak Macron untuk meminta maaf pada umat Islam demi meredakan ketegangan. "Supaya masalah ini tidak berlarut-larut dan tidak menimbulkan keresahan di kalangan masyarakat dunia, maka kami mengharapkan agar Macron secepatnya mencabut ucapannya dan meminta maaf kepada umat Islam," kata Sekjen MUI Anwar Abbas dalam keterangan tertulis, Rabu (28/10).

Sedangkan Menteri Agama, Fachrul Razi, mengkritik pernyataan Macron. Ia menilai pernyataan Macron telah melukai perasaan umat karena menghina simbol agama Islam

"Menghina simbol agama adalah tindakan kriminal. Pelakunya, harus bertanggung jawab atas perbuatannya, dan ditindak sesuai ketentuan hukum," kata Fachrul dalam keterangan resminya, Kamis (29/10).

Sementara itu Indonesia lewat Kemenlu mengecam pernyataan Macron. Dalam sebuah pernyataan resmi, Kemenlu menyebut pernyataan Macron telah menyinggung lebih dari 2 miliar Muslim di seluruh dunia dan memicu perpecahan berbagai agama di dunia.

Tidak hanya lontaran kecaman, aksi protes terhadap Macron pun dilakukan dengan boikot produk-produk Prancis. MUI mengajak umat Islam untuk boikot produk Prancis, kemudian petinggi Qatar juga melontarkan imbauan serupa. Di Qatar dan Kuwait, aksi boikot dilakukan dengan foto-foto di media sosial yang menunjukkan pekerja mengeluarkan keju olahan, selai juga ragi Prancis dari rak.

Kecaman juga datang dari kalangan dunia hiburan tanah air. Artis Arie K. Untung rela 'membuang' tas Louis Vuitton, Yves Saint Laurent, Chanel, Givenchy, Celine hingga Dior dari lemarinya sebagai bentuk protes atas pernyataan Macron.

Langkah protes cukup berani dilakukan petinjuKhabibNurmagomedov. LewatakunInstagramnya,Khabibmengunggah gambar wajah Macron beserta tapak sepatu berwarna hitam. Ia menuliskan kebebasan berbicara seperti yang dipraktikkan Macron telah menyinggung 1,5 miliar umat Islam seluruh dunia.

Ia pun menyatakan sosok nabi Muhammad adalah sosok yang istimewa buat Muslim. "Kami adalah Muslim, kami mencintai Nabi Muhammad lebih dari ibu, ayah, anak, istri, dan seluruh orang yang dekat dengan kami," kata Khabib.

Di tengah sorotan masyarakat dunia terhadap dirinya, tampaknya Macron masih santai. Cuitan di akun Twitternya pada Senin (26/10), ia menggaungkan prinsip sekuler.

"Kebebasan, kami merayakannya; kesetaraan, kami menjaminnya; persaudaraan, kami menerapkannya dalam kehidupan. Tidak ada yang bisa membuat kami mundur, kapanpun," cuit Macron.


Tulis Komentar