Ekonomi

50 Hotel dan Villa di Bali Dijual, Akibat Kena Dampak Pandemi

Pantai Seminyak.

GILANGNEWS.COM - Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Kabupaten Badung, Bali, I Gusti Ngurah Rai Surya Wijaya mengakui ada 50 hotel dan villa di Bali yang dijual selama Pandemi Covid-19.

Namun, pihaknya tidak merinci berapa villa dan hotel yang dijual. Tetapi, untuk hotel dari bintang 1 hingga 5 yang ditawarkan dijual imbas Pandemi Covid-19.

"Tidak bangkrut, yang saya tau mau dijual. Kalau, data bangkrut saya tidak tahu, kalau di Denpasar ada yang beberapa close permanen," kata Wijaya, saat dihubungi Senin (6/9).

"Menawarkan (hotel dan villa) belum berarti bangkrut. Kalau pailit atau bangkrut itu keputusan pengadilan. (Pengusaha), harus menutupi biaya operasional atau utang yang ada," imbuhnya.

Dia juga menyatakan, selama pantauannya ada satu villa yang terjual di kawasan Jimbaran. Namun, untuk hotel masih belum ada yang laku. Sementara, untuk harga hotel yang dijual tergantung fasilitas atau luas hotel. Dari perkiraannya kalau hotel bintang 5 ada yang dijual seharga Rp2 triliun.

"Hanya satu atau dua (villa) yang saya pantau sudah laku. Yang lain (hotel) belum, karena daya beli masyarakat sekarang sudah menurun," ungkapnya.

"(Kalau harga hotel) tergantung kelas hotelnya. Bintang 5 ada yang Rp2 triliun juga ada yang mau dijual. Nilainya, kan mereka yang tahu, pengusaha dan investor yang tahu,” tambah dia.

Sementara, untuk 50 hotel dan villa yang dijual paling banyak di kawasan Kabupaten Badung, Bali, karena mayoritas atau 70 persen pariwisata paling banyak di Badung, Bali.

"Di Badung, di daerah lain juga ada di Gianyar dan Karangasem juga ada. Tapi kalau mayoritas 70 persen ada di Kabupaten Badung, sarana pariwisata," jelasnya.

Menurutnya, para pengusaha menjual hotel dan villa karena imbas situasi Pandemi Covid-19 yang berangsur lama dan para pengusaha mau tidak mau harus membuat usaha baru dalam situasi Pandemi Covid-19.

"Karena, situasi pandemi Covid-19, kan panjang tentu pengusaha ada yang melakukan beragam usaha untuk menyelamatkan. Mau tidak mau, mereka harus membuat keputusan mencoba untuk menawarkan," ujarnya.

Dia juga tak memungkiri, jika situasi tetap dalam kondisi Covid-19, daftar villa dan hotel yang dijual di Bali akan bertambah. Namun, pihaknya berharap hal tersebut tidak terjadi.

"Kemungkinan itu ada. Tapi situasi dan kondisi seperti ini yang beli juga belum ada," terangnya.

Sementara, agar para pengusaha hotel dan villa di Bali terus beroperasi, pihaknya berharap dari pemerintah ada dana pinjaman lunak atau soft loan. Kendati demikian hingga saat ini belum ada kepastian dana tersebut kapan dikucurkan.

"Belum ada soft loan. Kita, mengharapkan untuk dapat subsidi atau soft loan dari pemerintah. Jadi, untuk working kapital kalau kita mulai buka usaha, karena ini sudah 1,5 tahun," ujarnya.

"Kalau buka usaha sudah mulai dari awal, karena tentu tingkat hunian kita, kalau kita buka akan sangat di bawah. Karena, bertahap, karena (wisatawan domestik) sampai 2.000 hingga 3.000 sekarang. Sedangkan total kamar (hotel) di Bali itu 146 ribu lebih, kalau hanya isi 2.000 dan 3.000 sehari itu ekornya belum terisi. Makanya untuk sementara ditutup," ujar Wijaya.


Tulis Komentar