Nasional

HUT Ke-77 RI dan Pesan Damai Eks Panglima OPM dari Bumi Papua

Pesan Damai Eks Panglima OPM dari Bumi Papua.

GILANGNEWS.COM - Sebanyak seratus lilin dibakar dalam memaknai Hari Ulang Tahun (HUT) Republik Indonesia Ke 77 Tahun 2022. Pembakaran ratusan lilin tersebut terlihat tidak biasa karena dilakukan mantan Panglima Pembebasan Nasional Papua Barat-Organisasi Papua Merdeka (TPNPB-OPM), markas Victoria, Lamberth Pekikir.

Lambert mengatakan aksi tersebut untuk kedamaian Papua dalam bingkai NKRI. Persembahan kedamaian ini dinyatakan pada malam renungan suci dalam rangka peringatan HUT RI ke 77 di Kampung Workwana, Kabupaten Keerom, Papua, Selasa (16/8).

Mantan komandan markas Victoria itu menceritakan, bagaimana dirinya bergabung dengan NKRI dengan judul "pertemuan dua sahabat". Cerita itu diawali 20 tahun lalu saat Lamberth masih berada di hutan rimba. Berjuang untuk memerdekakan Papua.

Dia diangkat oleh Jacop Prai sebagai Koordinator Umum Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat–Organisasi Papua Merdeka (TPNPB-OPM) dan sekaligus memimpin markas Victoria.

Sepanjang perjuangannya, aktivitas Lambert berseberangan dengan NKRI. Dia melihat aksi OPM banyak menelan banyak korban. Baik sipil, maupun aparat TNI-Polri dan OPM. Dia mengatakan hal tersebut bukan sebuah perjuangan murni bila memakan korban tak bersalah.

"Pada tahun 2010 saya dipanggil oleh Farid Husein utusan dari bapak Presiden RI yaitu Bapak Susilo Bambang Yudhoyono, untuk meminta saya mencari solusi terbaik demi penyelesaian konflik Papua lewat sebuah proses demokrasi yang disebut dialog Papua-Jakarta. Tetapi saya berbeda pendapat dengan teman-teman pejuang lain, banyak teman-teman yang menyatakan bahwa tidak ada solusi dialog kecuali Papua lepas dari Indonesia," ujar Lamberth Pekikir, saat bercerita.

Dia mengatakan tanpa dialog, maka tidak akan pernah ada solusi untuk penyelesaian konflik Papua secara menyeluruh. Kemudian, pada 2013, Lamberth memutuskan membangun komunikasi khusus dengan Badan Intelijen Negara RI.

Dia berharap kedamaian di Papua akan terwujud bila dialog berjalan lancar. Hal itu terjawab pada tahun 2014 semenjak Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono menjabat.

"Saya diundang oleh beliau untuk kita berkomunikasi lewat video call, maka saya berkomunikasi dengan bapak Presiden RI SBY lewat video call dengan kesepakatan bersama bahwa saya harus berangkat ke Jakarta untuk menyampaikan aspirasi ini kepada pemerintah Republik Indonesia di Jakarta," tutur Lambert.

10 tahun berlalu. Dia kembali ke Kabupaten Keerom dan mempersiapkan diri untuk bertemu dengan para pejabat tinggi negara Republik Indonesia di Jakarta pada 2014.

"Pada saat itu saya bertemu dengan anak Jenderal JO Sembiring dan beliau memfasilitasi sekaligus mengawal saya dan tim saya untuk berangkat ke Jakarta. Lalu Desember 2014 tim OPM Markas Victoria di bawah pengawasan aparat keamanan yang di dalamnya ada bapak Jenderal JO Sembiring yang hadir saat ini, kami sama-sama berangkat ke Jakarta," ujar dia.

"Di sana kami berbicara tentang solusi bagaimana penyelesaian konflik di Tanah Papua untuk disepakati bersama. Setelah itu saya kembali dan saya mendapatkan jaminan oleh negara dan aparat untuk tetap tinggal di Republik Indonesia, membangun Indonesia bersama dan mari bersama menyelesaikan konflik di Papua sebab persoalan konflik di Papua bukanlah hal yang gampang, diperlukan proses yang panjang karena keunikan dari bangsa Papua sangat sulit untuk dipersatukan," sambung Lamberth.

Hingga akhirnya, Lamberth kembali ke pangkuan ibu pertiwi. Dia ingin bersama dengan masyarakat membangun Keerom dan Papua dalam bingkai NKRI.

"Saat ini saya juga bekerjasama dengan pihak gereja dengan lembaga-lembaga HAM untuk menciptakan perdamaian untuk menuju Keerom yang damai. Maka dengan semangat Keerom damai dan dengan semangat HUT Ke-77 Republik Indonesia, saya mengajak kepada seluruh pihak mari kita membangun Papua dan membuang hal-hal yang tidak bagus. Kita budayakan budaya demokrasi, membangun budaya dialog untuk menyelesaikan setiap permasalahan," ungkap Lamberth.


Tulis Komentar