Dunia

Korut Sebut Keputusan untuk Perberat Sanksi 'Berbahaya'

Korea Utara mengecam kesepakatan 20 negara yang berniat menambah sanksi bagi Pyongyang.

GILANGNEWS.COM - Wakil Duta Besar Korea Utara untuk Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) di Jenewa, Choe Myong Nam, mengecam keputusan Amerika Serikat, Kanada, dan 18 negara lainnya yang sepakat menambah sanksi baru bagi negaranya.

Choe menganggap kesepakatan yang diputuskan dalam pertemuan khusus terkait negaranya di Vancouver, Kanada, itu sebagai sebuah provokasi berbahaya yang mengancam keamanan serta stabilitas kawasan.

"Kami mengecam pertemuan tersebut dengan pernyataan yang paling kuat. [Pertemuan] itu sangat berbahaya, tidak akan kondusif bagi perdamaian, keamanan, dan proses yang tengah berlangsung antara Korut dan Korsel yang bertujuan menciptakan lingkungan damai, mengurangi ketegangan, dan mempromosikan rekonsiliasi kedua Korea," kata Choe dalam sebuah wawancara seperti dilaporkan Reuters, Kamis (18/1).

"Kami benar-benar berkomitmen dan bertekad melakukan apa yang kami bisa untuk melawan sanksi," lanjutnya.

Pernyataan tersebut diungkapkan Choe merespons hasil pertemuan 20 negara termasuk AS, Kanada, Inggris, Jepang, Korsel, dan Australia pada Selasa (16/1). Seluruh negara yang hadir sepakat menerapkan sanksi unilateral baru bagi Pyongyang di luar resolusi Dewan Kemanan PBB yang sudah ada.

Ketika ditanyai kemungkinan AS menyerang Korut dengan rudal, Choe mengatakan bahwa "Korut memiliki seluruh kapasitas untuk mencegah manuver-manuver kekuatan musuh semacam itu."

Dia menegaskan bahwa Korut siap berdialog maupun berkonfrontasi.

"Kami siap berdialog dan konfrontasi. Kami siap untuk keduanya," ujarnya.

Meski begitu Choe menekankan negaranya saat ini tidak akan mengambil sikap provokatif yang dapat merusak peluang perbaikan hubungan kedua Korea, terutama terkait perhelatan Olimpiade Musim Dingin Pyeongchang yang akan berlangsung bulan depan.

Dia menegaskan bahwa Korut bertekad menjadikan Olimpiade Pyeongchang di Korsel berlangsung sukses.

"Kami menganggap olimpiade ini sebagai event bangsa Korea, tidak hanya bagi Korsel, tapi sesuatu yang harus ditunjukkan bersama-sama dan cemerlang kepada dunia," kata Choe seperti dikutip Reuters.

Belakangan, perbaikan relasi kedua Korea terus bergulir terutama sejak Korut dan Korsel sepakat berdialog untuk pertama kalinya setelah dua tahun terakhir pada pekan lalu.

Dialog tersebut digelar demi membicarakan hal teknis perihal keinginan Korut berpartisipasi dalam Olimpiade Musim Dingin.

Para atlet Korut dan Korsel bahkan akan berpawai di bawah satu bendera yaitu bendera unifikasi Korea dalam gelaran tersebut.

Bendera itu berwarna putih dengan siluet peta Semenanjung Korea dan sebelumnya juga pernah dipakai kedua korea dalam gelaran serupa, seperti Kejuaraan Tenis Meja Dunia 1991 dan yang terbaru pada Winter Games di Turin, Italia, 2006 silam.


Tulis Komentar