Dunia

Melihat Sosok PM Baru Israel Naftali Bennett,yang Tolak Kemerdekaan Palestina

PM baru Israel Naftali Bennett (Foto: BBC World)

GILANGNEWS.COM - Naftali Bennett dilantik pada Minggu (13/6) waktu setempat sebagai Perdana Menteri (PM) baru Israel, menggantikan Benjamin Netanyahu yang telah berkuasa selama 12 tahun. Seperti apa sosok Bennett?

Seperti diberitakan Associated Press, Senin (14/6/2021), Bennet merupakan seorang Yahudi religius yang menghasilkan jutaan dolar di sektor hi-tech yang sebagian besar sekuler. Pria berumur 49 tahun itu merupakan pendukung keras gerakan permukiman Yahudi. Dia adalah mantan sekutu Netanyahu yang telah bermitra dengan partai-partai sayap kiri dan tengah untuk mengakhiri kekuasaan Netanyahu selama 12 tahun.

Partainya yang ultranasionalis, Yamina hanya memenangkan tujuh kursi di parlemen, Knesset yang beranggotakan 120 orang dalam pemilihan umum Maret lalu, pemilihan keempat dalam dua tahun. Namun, dia menolak untuk berkomitmen pada Netanyahu atau lawan-lawannya.

Bennett dikenal sebagai penentang kemerdekaan Palestina dan sangat mendukung permukiman Yahudi di Tepi Barat yang diduduki dan Yerusalem timur, yang dipandang oleh Palestina dan sebagian besar masyarakat internasional sebagai hambatan utama bagi perdamaian.

Bennett dengan keras mengkritik Netanyahu setelah dia setuju untuk memperlambat pembangunan permukiman di bawah tekanan dari mantan Presiden Amerika Serikat Barack Obama, yang mencoba dan gagal untuk menghidupkan kembali proses perdamaian di awal masa jabatan pertamanya.

Bennett sempat menjabat sebagai kepala dewan pemukim Tepi Barat, Yesha, sebelum memasuki Knesset pada 2013. Bennett kemudian menjabat sebagai menteri kabinet urusan diaspora, pendidikan dan pertahanan di berbagai pemerintahan yang dipimpin Netanyahu.

"Dia adalah pemimpin sayap kanan, garis keras keamanan, tetapi pada saat yang sama sangat pragmatis," kata Yohanan Plesner, kepala Institut Demokrasi Israel, yang telah mengenal Bennett selama beberapa dekade dan bertugas bersamanya di militer.

Netanyahu dan Bennett yang merupakan ayah dari empat anak, sama-sama memiliki pendekatan yang keras terhadap konflik Timur Tengah. Namun, keduanya memiliki hubungan yang tegang selama bertahun-tahun.

Bennett menjabat sebagai kepala staf Netanyahu selama dua tahun, tetapi mereka berpisah setelah perselisihan misterius yang oleh media Israel dikaitkan dengan istri Netanyahu, Sara, yang memiliki pengaruh besar atas lingkaran dalam suaminya.

Bennett berkampanye sebagai pendukung sayap kanan menjelang pemilihan Maret lalu, dan menandatangani janji di TV nasional yang mengatakan dia tidak akan pernah membiarkan Yair Lapid, seorang sentris dan saingan utama Netanyahu, menjadi perdana menteri.

Tetapi ketika menjadi jelas bahwa Netanyahu tidak dapat membentuk koalisi yang berkuasa, itulah yang dilakukan Bennett, setuju untuk menjabat sebagai perdana menteri selama dua tahun sebelum menyerahkan kekuasaan kepada Lapid, arsitek koalisi baru.

Para pendukung Netanyahu telah mencap Bennett sebagai pengkhianat, dengan mengatakan dia menipu pemilih. Tapi Bennett membela keputusannya sebagai langkah pragmatis yang bertujuan untuk menyatukan negara dan menghindari pemilihan putaran kelima.

Bennett, seorang Yahudi Ortodoks modern, akan menjadi perdana menteri pertama Israel yang secara teratur mengenakan kippa, kopiah yang dikenakan oleh orang-orang Yahudi yang taat. Dia tinggal di pinggiran kota Tel Aviv yang mewah di Raanana, bukan di permukiman yang dia dukung.

Bennett pernah bertugas di unit komando elit Sayeret Matkal. Setelah itu dia melanjutkan ke sekolah hukum di Universitas Ibrani. Pada tahun 1999, ia ikut mendirikan Cyota, sebuah perusahaan perangkat lunak anti-penipuan yang dijual pada tahun 2005 ke RSA Security yang berbasis di Amerika Serikat seharga US$ 145 juta.

Bennett mengatakan pengalaman pahit perang Israel pada 2006 melawan kelompok militan Lebanon, Hizbullah, mendorongnya terjun ke politik. Perang selama sebulan itu berakhir tanpa kepastian, dan kepemimpinan militer dan politik Israel pada saat itu secara luas dikritik karena ceroboh dalam kampanye.

 


Tulis Komentar