Nasional

Ternyata Handi Masih Hidup Sebelum Dibuang Kolonel Priyanto dkk ke Sungai

Kolonel Priyanto Menjalani Sidang Perdana.

GILANGNEWS.COM - Handi Saputra (18) dalam keadaan tidak sadarkan diri ketika dibuang ke sungai. Pemuda yang sebelumnya ditabrak Kolonel Inf Priyanto dkk itu disebut tewas tenggelam, bukan karena kecelakaan.
Awalnya Kolonel Inf Priyanto bersama Kopda Andreas dan Koptu Ahmad Soleh menabrak Handi dan Salsa yang sedang berboncengan sepeda motor di Jalan Nagreg, Jawa Barat, Rabu (8/12/2021). Mereka kemudian membawa tubuh Handi dan Salsa menggunakan mobil Isuzu Panther untuk dibuang ke kali.

Saat hendak dipindahkan ke dalam mobil, seorang warga sempat meminta agar jasad korban tidak dipindahkan terlebih dulu hingga datang petugas kepolisian. Namun Kolonel Inf Priyanto meminta anak buahnya memindahkan ke dalam mobilnya karena kedua tubuh korban, usai dipindahkan ke tepi jalan setelah 5 menit ditunggu, tetap tidak ada yang datang membantu.

Kedua tubuh korban dipindahkan ke mobil oleh Kolonel Inf Priyanto bersama dua anak buahnya dan warga sekitar. Namun Handi masih hidup dan terdengar suara rintihan dari Handi yang mengaku kesakitan.

"Bahwa saat Saudara Handi Saputra dipindahkan dari pinggir jalan dimasukkan ke bagasi belakang kendaraan Isuzu Panther, Saudara Sohibul Iman, Saudara Saepudin Juhri alias Oseng, Saksi-4 dan Saudara Taufik Hidayat alias Opik melihat Saudara Handi Saputra dalam keadaan hidup dan masih bernapas serta bergerak seperti merintih menahan sakit," kata Oditur Militer Kolonel Sus Wirdel Boy, berdasarkan keterangan dalam dakwaan yang diterima media, Kamis (10/3/2022).

Sedangkan Salsabila tidak lagi bernapas atau meninggal dunia saat dipindahkan ke mobil. Seorang saksi bernama Saepudin mengatakan sempat meraba perut dan tangan untuk mengecek denyut nadi Salsabila tidak bergerak dan pernapasan di hidung dan mulut sudah tidak bernapas/berembus dengan kondisi luka pada kepala bagian kanan di atas kuping terdapat luka dengan diameter ± 10 cm dan mengeluarkan darah, kepala bagian belakang terdapat luka dengan diameter ± 3 cm dan mengeluarkan darah, serta kaki sebelah kanan patah.

"Sedangkan Saudari Salsabila diangkat oleh Kolonel Inf Priyanto dibantu oleh Saudara Saepudin Juhri alias Oseng yang dimintai tolong oleh Kopda Andreas Dwi Atmoko dengan mengatakan, 'Pak, tolong bantu ini korban mau dibawa ke rumah sakit', lalu dimasukkan ke dalam kendaraan Isuzu Panther melalui pintu tengah sebelah kiri dengan posisi kepala terlebih dahulu dan ditidurkan di jok tengah dengan posisi kepala di sebelah kiri kendaraan Isuzu Panther dan posisi kaki di sebelah kanan kendaraan Isuzu Panther," imbuhnya.

Namun, dalam perjalanan, Koptu Ahmad Soleh menyarankan Kolonel Inf Priyanto mampir ke rumah sakit terdekat mengecek kondisi Handi dan Salsa seusai kecelakaan. Kolonel Inf Priyanto menolak dan meminta Koptu Ahmad Soleh mengikuti perintahnya.

"Saat dalam perjalanan, Koptu Ahmad Soleh menyampaikan saran kepada Kolonel Priyanto agar kedua korban dibawa ke puskesmas atau rumah sakit terdekat. Akan tetapi Kolonel Priyanto menolak dengan mengatakan, 'Udah, ikutin perintah saja. Lagian, dia sudah meninggal, kok'. Lalu Kopda Andreas Dwi Atmoko berkata 'Izin bantu saya, Bapak, saya punya anak dan istri'," kata Oditur Militer Kolonel Sus Wirdel Boy.

Kolonel Inf Priyanto tetap meminta anak buahnya mengikuti perintahnya untuk membuang kedua jasad korban di kali Tajum.

"Kolonel Inf Priyanto memerintahkan Kopda Andreas Dwi Atmoko dan Koptu Ahmad Soleh untuk membuang kedua korban ke dalam Kali Tajum dari atas jembatan dengan mengatakan, 'Ayo, cepat keluar, bantu'. Lalu Kolonel Inf Priyanto keluar dari pintu depan sebelah kiri dan Kopda Andreas Dwi Atmoko keluar melalui pintu sebelah kanan dan Koptu Ahmad Soleh tidak turun dan tetap berada di dalam kendaraan Isuzu Panther," kata Wirdel Boy.

Pertama, ketiganya membuang jasad Salsabila ke Kali Tajum. Saat dibuang ke kali, terdengar suara byur (suara benda jatuh ke sungai). Kemudian ketiganya menggotong tubuh Handi dan membuangnya ke sungai. Saat tubuh Handi dibuang ke Kali Tajum juga terdengar suara byur.

"Kolonel Inf Priyanto dan Kopda Andreas Dwi Atmoko kemudian mendorong/melepas tubuh korban Saudara Handi Saputra ke Kali Tajum. Koptu Ahmad Soleh mendengar bunyi byuurrr (terdengar suara benda jatuh ke dalam sungai) saat Saudara Handi Saputra dibuang ke Kali Tajum. Setelah itu, Kolonel Inf Priyanto, Kopda Andreas Dwi Atmoko, dan Koptu Ahmad Soleh melanjutkan perjalanan menuju Yogyakarta menggunakan kendaraan Isuzu Panther yang dikemudikan oleh Koptu Ahmad Soleh," ujarnya.

Kronologi Pembunuhan

Kasus ini bermula dari Kolonel Priyanto dan dua anak buahnya menabrak Handi dan Salsa di Nagreg, Jawa Barat (Jabar). Bukannya menolong korban, Kolonel Priyanto cs malah membawa mereka hingga keluar dari Jabar dan membuang tubuh kedua korban ke anak Sungai Serayu. Salsa dibuang ke sungai dalam kondisi meninggal dunia.

Sementara itu, Handi dibuang ke sungai dalam kondisi masih hidup. Jasad kedua korban ditemukan di Sungai Serayu. Dari ketiga tersangka, diketahui Kolonel Priyanto-lah yang menolak membawa Handi-Salsa ke rumah sakit setelah kecelakaan akibat tabrakan dengan mobilnya. Dia juga yang memiliki ide keji membuang tubuh Handi-Salsa ke sungai.


Tulis Komentar