Politik

Ade Hartati: Politik dan Hukum Harus Dipisahkan, Jangan Gunakan Fitnah untuk Menjatuhkan!

PEKANBARU – Dalam dinamika Pilkada Serentak 2024, isu etika dalam politik kembali mencuat seiring dengan maraknya serangan personal terhadap para kandidat. Salah satu yang menjadi sorotan adalah serangan terhadap calon Wali Kota Pekanbaru, Muflihun, yang menimbulkan reaksi dari pasangannya, Ade Hartati, pada Rabu (9/10/2024).

Melalui pesan singkat WhatsApp, Ade Hartati menegaskan bahwa selama ini ia selalu berpegang pada filosofi "mendem jero" yang diajarkan oleh orang tuanya. Filosofi ini menekankan pentingnya ketenangan dan kebijaksanaan dalam menghadapi tekanan politik. Namun, Ade merasa sudah saatnya ia bersuara, terutama terkait serangan yang menyasar ke personal Muflihun.

"Sebagai kandidat yang berpasangan dengan calon kuat dalam Pilwako ini, ada saatnya saya harus bicara, khususnya tentang serangan yang mengarah ke pribadi Pak Muflihun. Politik dan hukum harus dipisahkan dalam koridor masing-masing," ujar Ade.

Ade menyoroti pentingnya menjaga batas-batas antara politik dan hukum. Menurutnya, politik sebagai proses dinamis seharusnya tidak diseret ke ranah hukum untuk menjadi alat eksekusi kepentingan tertentu. "Politik harus tetap dalam tujuan mulia, tidak boleh dinodai dengan kepentingan yang memanipulasi hukum," jelasnya.

Ade juga menekankan bahwa dalam persoalan hukum, norma praduga tak bersalah adalah prinsip yang harus dijunjung tinggi. Tuduhan yang disertai dengan penyebutan nama tanpa pembuktian yang sah, menurutnya, adalah tindakan yang tidak etis dan tidak sesuai dengan semangat politik yang sehat.

"Tuduhan dan justifikasi dengan cara-cara kotor semacam itu harus dihindari. Ingat, politik bertujuan untuk menghasilkan yang terbaik bagi masyarakat," tambah Ade.

Di akhir pernyataannya, Ade menegaskan bahwa pasangan Muflihun-Ade sudah cukup menahan serangan-serangan tersebut. Ia memperingatkan bahwa setiap orang, termasuk mereka, memiliki batas kesabaran. "Kami juga punya batas untuk bersuara," tutupnya dengan tegas.

Serangan personal dalam kontestasi politik memang kerap kali menjadi senjata ampuh bagi pihak-pihak yang ingin menjatuhkan lawan. Namun, dalam Pilkada Serentak 2024 ini, muncul seruan agar seluruh pihak lebih menjunjung etika politik dan mengedepankan gagasan ketimbang fitnah. Serangan berbasis isu pribadi, jika terus dibiarkan, dapat merusak citra demokrasi yang seharusnya sehat dan produktif.


 


Tulis Komentar