Barcelona adalah tim yang identik dengan penyerangan. Mereka adalah representasi sepak bola indah lewat umpan-umpan cantik dan serangan yang mematikan.
Bagi Barcelona pertahanan terbaik adalah mendominasi permainan dan terus menekan lawan. Namun ketika hal itu tidak berjalan, mereka tak punya Rencana B bernama 'cara bertahan dengan baik dan benar'.
Hal itulah yang terjadi saat mereka bertandang ke Stadion Olimpico untuk melawan AS Roma di leg kedua perempat final Liga Champions. Barcelona yang datang dengan keunggulan 4-1 di leg pertama harus pulang tanpa tiket semifinal di tangan.
Rencana Barcelona di laga ini sejatinya sederhana. Bermain seperti biasa, mencetak gol secepatnya untuk mematikan semangat AS Roma. Tetapi yang kemudian terjadi adalah justru AS Roma yang bisa membuka keunggulan dengan cepat.
Gol Edin Dzeko di menit keenam menggambarkan betapa buruknya Barcelona dalam memperagakan pertahanan. Umpan jauh Daniele De Rossi ke jantung pertahanan Barcelona bisa diterima oleh Dzeko. Dzeko dijepit Samuel Umtiti dan Jordi Alba, tapi tetap bisa lolos dan dengan mudah menaklukkan Marc-Andre ter Stegen. Di mana Gerard Pique? Ia tidak berada di posisi yang tepat pada momen itu.
Barcelona terus menyerang usai tertinggal 0-1, namun Roma juga menunjukkan mereka mampu memperagakan permainan menyerang di hadapan Barcelona. Sukses Roma mempertahankan skor 1-0 di babak pertama adalah asa besar bagi Roma di babak berikutnya.
Maut untuk Barcelona di Babak Kedua
Skor 1-0 untuk Roma di babak pertama sangat penting, karena mereka 'hanya' butuh dua gol untuk melaju ke semifinal Liga Champions. Meski demikian, Roma memainkan laga kedua dengan bayang-bayang ancaman Barcelona mencetak gol pertama yang bisa memusnahkan mimpi mereka.
Cara Roma menekan Barcelona sejak skuat asuhan Ernesto Valverde menguasai bola layak diacungi jempol. Hal itu membuat Barcelona tak bisa berlama-lama memainkan bola dan menguasai permainan.
Keberuntungan Roma datang di menit ke-56 karena Pique menunjukkan kebodohannya sebagai palang pintu terakhir pertahanan Barcelona.
Dalam duel satu lawan satu dengan Dzeko di kotak penalti, posisi Pique masih ada di depan striker asal Bosnia itu dan menutup jalur tembaknya. Namun Pique malah memilih menarik tangan Dzeko sambil pura-pura terjatuh seraya menjepit kakinya.
Wasit Clement Turpin melihat hal itu sebagai pelanggaran dan Daniele De Rossi dengan dingin menyelesaikan tugasnya.
Keunggulan 2-0 membuat segalanya menjadi mungkin bagi Roma. Kaki-kaki pemain Roma makin bersemangat menggempur lini pertahanan Barcelona.
Yang bisa dilakukan Barcelona hanyalah berusaha terus menyerang untuk mendapatkan gol balasan karena mereka tidak lihai dalam gaya main menumpuk pemain d belakang.
Bila Ter Stegen tak menunjukkan sejumlah penyelamatan gemilang, sejatinya kegembiraan Roma bisa datang lebih cepat. Ada sejumlah peluang emas yang digagalkan oleh Ter Stegen, termasuk tendangan El Shaarawy di menit ke-78.
Pada akhirnya Barcelona harus tersungkur di menit ke-82 lewat kelemahan mereka yang sudah diketahui sejak lama, yakni antisipasi sepak pojok. Umpan sepak pojok Cengiz Under mampu disundul Kostas Manolas dan bola masuk ke gawang Barcelona.
Manolas hanya dibayangi seadanya oleh Nelson Semedo. Ia pun leluasa mengirim bola ke arah tiang jauh.
Barcelona coba mencetak gol di sisa waktu yang ada, tapi Alisson Becker dan kawan-kawan sudah sangat percaya diri mengawal lini belakang. Barcelona pun terkapar dan harus pulang dari ajang Liga Champions.
Barcelona tumbang karena lini serang mereka tumpul dan tak mampu menjebol gawang AS Roma. Namun, hal lain yang harus digarisbawahi adalah Barcelona kalah karena mereka tak tahu caranya bertahan saat kondisi tak memungkinkan mereka untuk terus menyerang dan mendominasi pertandingan.
Tulis Komentar