Nasional

Analisis 'Ghirah' Sel Teroris Bidik Jawa Timur Sasaran Dendam

Kelompok teroris lolos melakukan aksi bom bunuh diri di Surabaya.

GILANGNEWS.COM - Kepala Kepolisian RI Jenderal Tito Karnavian menyebut rentetan serangan bom di Surabaya dan Sidoarjo merupakan aksi balasan untuk terpidana Aman Abdurahman.

Aman diduga kuat terlibat dalam perencanaan dan pendanaan serangan bom di bilangan Thamrin, Jakarta, awal 2016 lalu.

"Diduga pembalasan kelompok JAD (Jamaah Ansharut Daulah) karena Aman Abdurrahman, yang harusnya keluar Agustus tahun lalu, ditangkap kembali," kata Tito dalam konferensi pers di Markas Kepolisian Daerah Jawa Timur, Senin (14/5).

Pengamat terorisme, Taufik Andrie mengakui serangan bom ini salah satunya memang disebabkan oleh kemarahan kelompok JAD atas penangkapan kedua Aman.

"Pertama tentu ada kemarahan karena seharusnya Aman Abdurrahman bebas tapi karena ada keterlibatan Aman di kasus Bom Thamrin 2016, maka dia dipidanakan dan diajukan ke persidangan kembali," ujar Taufik saat ditanya wartawan, Senin (14/5).

Taufik juga menyebut faktor pendorong serangan bom atau terorisme di Surabaya maupun di Mako Brimob, Kelapa Dua Depok adalah fatwa dari markas pusat Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) yang meminta agar para anggotanya juga berperang di tempat asalnya.

"Di sisi lain sebetulnya ini kan ada fatwa fatwa terdahulu ISIS kalau tidak berhasil masuk Suriah, atau tidak bisa berperang di Suriah, maka bisa berperang di tempat masing-masing," terang Taufik.

Terpisah, pengamat terorisme Adhe Bakti menyebut selain penangkapan Aman, ada juga penangkapan pimpinan JAD lainnya, Zainal Anshori yang memicu dendam kelompok JAD. Faktor faktor ini, selain ideologi yang sudah didoktrin kuat oleh ISIS, menjadi akumulasi penyebab anggota pendukung ISIS melakukan amaliyah dengan melakukan aksi teror.

"Tentu saja ada faktor penggerak yang tidak lain adalah ideologi ISIS itu sendiri. Diantaranya paham takfiri (pengkhafiran) dan percaya bahwa penggunaan kekerasan adalah bagian dari puncak segala ibadah," terang Adhe.

Menurut Adhe kesuksesan serangan di Mako Brimob juga membangunkan sel-sel teroris yang sedang tidur untuk mempercepat melakukan tindakan teror. Adhe mengatakan kerusuhan di Mako Brimob menginspirasi kelompok teroris, terutama ikhwan-ikhwan untuk melawan.

"Kerusuhan di Rutan Mako Brimob memunculkan ghiroh (semangat) di kalangan pendukung ISIS untuk melakukan amaliyah. Sel-sel yang tidur menjadi terbangun, sel-sel yang sedang mempersiapkan diri (i'dad) melakukan akselerasi terkait waktu serangan," kata Adhe.

Jawa Timur Sasaran Empuk Teror

Taufik kemudian menjelaskan sasaran serangan JAD di Surabaya karena kelompok mereka sangat diawasi di daerah Jakarta dan Jawa Barat. Sementara itu, Polri kurang melakukan pengawasan terhadap JAD di daerah Jawa Timur.

Minimnya pengawasan dari Polri menyebabkan JAD leluasa untuk merencanakan dan melakukan aksi teror. Selain itu, Taufik menilai jaringan JAD di Jatim merupakan jaringan yang paling siap untuk melakukan aksi teror.

"JAD di Jatim siap dalam kapasitas dan logistik karena menciptakan rencana serangan ini kan tidak mudah dan tidak murah. Berbeda dengan penembakan polisi. Kalau pengeboman butuh merakit, eksekusi, dan perencanaan matang," jelas Taufik.

Kurangnya pengawasan di Jawa Timur inilah yang menurut Taufik menjadi penyebab mudahnya serangan teror di Surabaya dan Sidoarjo.

"Berbeda dengan kelompok JAD di Jakarta atau Jabar yang sudah terdeteksi sejak lama, monitor lebih ketat. Sedangkan kelompok Jatim mungkin karena dianggap tidak begitu aktif, monitor lebih minim," jelas Taufik.

Ketatnya pengawasan Polri terhadap JAD sendiri disebabkan oleh aktifnya jaringan tersebut di Jakarta dan Jabar. Taufik menyebutkan Bom Thamrin, Bom Kampung Melayu, dan Bom Cicendo adalah contoh aktifnya serangan JAD di Jakarta dan Jabar.

Di sisi lain, Adhe menganggap kekuatan JAD di Jatim sudah melemah sejak penangkapan Zainal Anshor.

"Buntut penangkapan Anshori, kelompok ini sempat melakukan pembalasan dengan menyerang Polres Tuban dan terjadi kontak tembak. Artinya mereka cukup serius dan cukup kuat," kata Adhe.

Oleh karena itu menurut Adhe, Polri harus memperketat lagi pengawasan agar sel JAD di Jatim tidak bangun lagi.

"Karena mereka sudah menyiapkan bom yang banyak, dan sebagian sudah mereka gunakan untuk menyerang. Belum sel-sel lainnya," ujar Adhe.


Tulis Komentar