Nasional

Amerika dan Sekutu Desak RI Tekan Suriah soal Senjata Kimia

Duta Besar Amerika Serikat untuk Indonesia Joseph R Donovan (tengah), Dubes Perancis Jean-Charles Berthonnet (kiri), Dubes Inggris Moazzam Malik usai menemui Menteri Luar Negeri RI Retno Marsudi di Kemlu, Kamis (19/4).

GILANGNEWS.COM - Amerika Serikat, Inggris, dan Perancis meminta Indonesia bisa berperan lebih tegas dan besar lagi untuk menekan Suriah yang diduga meluncurkan serangan senjata kimia terhadap warganya sendiri di Douma, Ghouta Timur.

Permintaan itu diungkapkan Duta Besar Inggris untuk Indonesia Moazzam Malik usai bertemu Menteri Luar Negeri RI Retno Marsudi bersama Dubes AS Joseph R Donovan dan Dubes Perancis Jean-Charles Berthonnet di Kemlu RI, Kamis (19/4).

"Kami meminta Indonesia untuk bisa berperan lebih jauh lagi dan bergabung bersama kami untuk mendesak rezim Assad bertanggung jawab atas penyalahgunaan senjata kimia terhadap warganya sendiri," ucap Moazam usai menghadiri pertemuan tertutup dengan Menlu RI kepada media.

Malik mengatakan sebagai salah satu negara anggota Organisasi Pelarangan Senjata Kimia (OPCW), Indonesia memiliki peran penting terkait penegakan hukum internasional soal penggunaan senjata kimia.

"Indonesia juga sebentar lagi bergabung sebagai salah satu komite eksekutif OPCW. Karena itu kami juga ingin Indonesia bergabung bersama negara lainnya di dunia untuk menekan Suriah dan Rusia agar mau memberi akses terhadap untuk melakukan penyelidikan ke Douma," lanjutnya.

Dalam kesempatan itu, Malik juga menegaskan serangan gabungan Inggris, AS, dan Perancis pada pekan lalu ke Suriah dilakukan bukan untuk menggulingkan Presiden Bashar Al-Assad.

Malik mengatakan serangan udara pada Sabtu (14/4) dini hari ditujukan guna menghancurkan situs militer dan senjata kimia milik Suriah.

"Serangan gabungan ini menargetkan situs militer dan senjata demi membuat Suriah jera dan tidak menggunakan senjata kimianya lagi. Kami bukan ingin menggulingkan rezim atau mencampuri konflik sipil di Suriah," kata Malik.

Sementara itu, Donovan juga menegaskan bahwa serangan udara ketiga negara terhadap Suriah telah memenuhi basis hukum karena ditujukan demi menghentikan penggunaan senjata kimia terhadap warga sipil di Suriah.

Donovan menyebut selama beberapa pekan terakhir pihaknya terus mendapat serangkaian bukti seperti rekaman mengenai apa yang terjadi Douma termasuk banyaknya korban yang tewas akibat serangan gas kimia itu.

"Dalam pertemuan dengan bu Retno, kami bertiga juga menjelaskan bukti-bukti nyata serangan kimia telah terjadi. Kami juga bertukar mengenai opini legal kami soal serangan senjata kimia di Suriah," kata Donovan.

Menurut Dubes AS, seluruh upaya dialog dan diplomatik sudah dicoba ketiga negara guna menghentikan tindakan Suriah namun masih tidak cukup menekan Assad untuk menghentikan penggunaan senjata kimianya.

"Kami sudah gunakan cara diplomatik dan ekonomi untuk menghindari situasi yang saat ini terjadi [respons militer]. Tapi penting juga diingat bahwa Suriah telah meratifikasi konvensi senjata kimia pada 2013 lalu sehingga berkewajiban melucuti seluruh senjata kimianya. Rusia menjami penjamin Suriah dalam hal itu. Dan kami belum melihat komitmen kedua negara untuk memusnahkan senjata kimia di Suriah," kata Donovan.

Suriah dan sekutunya, Rusia membantah tuduhan Amerika Serikat dan negara-negara sekutunya terkait serangan senjata kimia di Douma, Ghouta Timur. Rusia bahkan mensinyalir bahwa oposisi Suriah, yang didukung AS, merekayasa adanya serangan tersebut karena telah terdesak oleh pasukan pemerintah Presiden Bashar Al-Assad. Adapun posisi Indonesia adalah prihatin atas eskalasi di Suriah dan meminta semua pihak menahan diri.


Tulis Komentar