Trending
Akhir Penantian Panjang, Jalan Poros Lukun - Sungai Tohor Kini Sudah Bisa Dilewati
GILANGNEWS.COM - Masyarakat Kecamatan Tebingtinggi Timur, Kepulauan Meranti, Riau, sudah bisa menghela nafas lega dan berbahagia. Sebab, satu-satunya akses darat yang sangat diharapkan sejak belasan tahun, kini sudah selesai dibangun dan bisa dilewati.
Akses jalan poros Lukun - Sungai Tohor ini memang telah lama didambakan masyarakat. Untuk bodi jalan saja sebenarnya sudah dirintis sejak tahun 2002. Saat wilayah Kepulauan Meranti masih menjadi bagian dari Kabupaten Bengkalis. Namun, baru bisa tersambung dan bisa dilintasi pada tahun 2020. Itu pun butuh berkali-kali penganggaran.
Berdasarkan riwayat pembangunan, upaya Pemkab Kepulauan Meranti membuka jalan poros yang terletak di bagian timur Pulau Tebingtinggi itu telah dilakukan sejak tahun 2011. Saat itu Kabupaten Kepulauan Meranti baru berusia 3 tahun.
Dengan ketersediaan APBD 2011 yang hanya Rp 917 miliar, Pemkab Meranti telah menyisihkan anggaran peningkatan jalan poros Lukun - Sungai Tohor. Sayangnya, pihak rekanan tidak menyelesaikan pekerjaan. Pekerjaan penimbunan jalan poros Lukun - Sungai Tohor bermasalah.
- Jelang Ramadhan, Sekwan DPRD Pekanbaru Kumpulkan Seluruh Staf, Ini Pesannya
- MTQ Tingkat Kelurahan Pebatuan Dibuka Langsung Oleh Asisten 1 Sekdako Pekanbaru, Ini Harapannya
- RSD Madani Pekanbaru Gelar Turnamen Futsal Madani Cup 2022
- SK Sekdaprov Riau Tak Kunjung Turun Gara-gara PPKM Darurat, Kok Bisa?
- Bisa Pakai APBN, Walikota Firdaus Sebut Swastanisasi Lebih Menguntungkan
Hasil pemeriksaan oleh Cabang Kejaksaan Negeri (Cabjari) Bengkalis di Selatpanjang saat itu, kerugian negara ditaksir mencapai Rp 3,4 miliar (hasil audit BPKP dan Tim Ahli Konstruksi Universitas Islam Riau-data Cabjari). Atas kasus ini, 4 orang akhirnya dijebloskan ke penjara pada hari Rabu (29/1/2014). Mereka diantaranya, MK selaku Direktur PT Dompas Multi Fungsi, AS selaku PPTK, AZ selaku Ketua PPHP dan AM selaku Sekretaris PPHP.
Setelah gagal di tahun 2011 itu, Pemkab Kepulauan Meranti tak jera. Tahun 2014, untuk peningkatan Jalan Poros Lukun - Sungai Tohor ini kembali dianggarkan. PT Dhamba Prima Utama menjadi pemenang lelang dengan harga penawaran Rp 13.579.268.000. Pekerjaan tersebut diawasi konsultan pengawas CV Refena Kembar Anugrah dengan masa kerja 160 hari kalender. Tapi, sampai batas waktu pengerjaan, pengerasan agregat kelas B hanya terealisasi 4,5 Km saja.
Meski sudah dua kali dianggarkan, harapan memiliki jalan poros yang bisa dilewati belum juga terealisasi. Dua kali pula pekerjaan pembangunan jalan ini tidak tuntas. Lagi-lagi masyarakat Tebingtinggi Timur harus mengelus dada karena apa yang diharapkan belum bisa terwujud.
Upaya membuka akses tak berhenti di situ. Tahun 2015 Pemkab Kepulauan Meranti kembali membangun jalan poros di Tebingtinggi Timur. Kala itu, pekerjaan tak lagi dimulai dari Desa Lukun, melainkan dari Sungai Tohor. Rekanan dari PT Bangun Surya Khatulistiwa mendapat kesempatan mengerjakan peningkatan jalan poros tersebut. Anggaran yang disiapkan sebesar Rp 4.663.828.000,00 (data LPSE Kepulauan Meranti). Namun, hingga jadwal pengerjaan selesai, peningkatan jalan poros base B hanya terealisasi sepanjang 1,5 km.
Kemudian, tahun 2016, Pemkab Meranti lagi-lagi mengupayakan agar akses darat menuju ibukota bisa hadir di tengah-tengah masyarakat Tebingtinggi Timur. Pengerjaan langsung dari dua arah, Lukun dan Sungai Tohor. Peningkatan jalan poros dari arah Sungai Tohor dikerjakan oleh PT Rivomas Pentasurya dengan anggaran Rp 45.532.311,00. Sedangkan dari Desa Lukun dikerjakan oleh PT Dhamba Prima Utama dengan anggaran Rp 19.278.966.000,00 (data LPSE Kepulauan Meranti). Sampai batas pekerjaan selesai, jalan base B di Sungai Tohor terbangun sepanjang 6,7 km, sedangkan jalan dari arah Lukun hanya 3,45 km. Padahal, base B jalan poros dari arah Desa Lukun harusnya dibangun sepanjang 5 KM dengan lebar 7,6 meter.
Upaya merangkai pulau yang menjadi visi misi saat mencalon di Pilkada memang dibuktikan Bupati Kepulauan Meranti, Drs H Irwan MSi. Tahun 2019, Pemkab Meranti kembali menggelontorkan dana untuk pembangunan jalan poros Tebingtinggi Timur menuju ibukota kabupaten. Kala itu, peningkatan jalan poros Lukun - Sungai Tohor dikerjakan oleh PT Incosakti dengan anggaran sebesar Rp 8.035.902.226,92. Berdasarkan data dari Dinas Pekerjaan Umum Penataan Ruang Perumahan dan Kawasan Pemukiman (PUPRPKP), kala itu pembangunan jalan dari Sungai Tohor menuju Desa Lukun terealisasi sepanjang 4,5 KM.
Hingga akhir 2019, kondisi jalan poros Lukun - Sungai Tohor belum juga bisa dilewati dengan baik. Kondisi alam yang membuat bodi jalan terendam air menjadi salah satu alasan mengapa akses darat ini belum juga berfungsi. Di beberapa titik bodi jalan, warga memasang papan secara bersambung. Namun tak semua orang berani melintasi di atas sekeping papan karena sangat beresiko, terjatuh dan terluka.
Angin segar yang merupakan wujud dari mimpi belasan ribu warga Tebingtinggi Timur sejak belasan tahun silam, baru berhembus pada tahun 2020. Dimana, tahun 2020 itu Pemkab Meranti kembali melanjutkan pembangunan jalan poros tersebut dengan menggelontorkan anggaran lebih Rp 24 miliar. Rekanan yang berhasil menang tender untuk mengerjakan peningkatan jalan poros Lukun - Sungai Tohor adalah PT Merbau Indah Abadi dengan anggaran 24.185.902.854,30.
Sejarah mencatat, tuntasnya upaya penyambungan base B di jalan poros Lukun - Sungai Tohor, saat Dinas Pekerjaan Umum, Penataan Ruang, Perumahan dan Kawasan Pemukiman (PUPRPKP) dipimpin oleh Abu Hanifah SPd MPd. Pencapaian apik ini juga merupakan kerja keras Kabid Bina Marga Fajar Triasmoko MT, PPTK Rahmat Kurnia ST dan tim, serta koordinasi yang baik dengan pihak rekanan dan pihak-pihak terkait lainnya.
Guna membuktikan bahwa jalan poros Lukun - Sungai Tohor itu telah tersambung dan layak untuk dilewati, pihak Bina Marga PU Kepulauan Meranti mengajak beberapa awak media ke lapangan. Pantauan di lokasi proyek, penimbunan base B telah selesai dan berhasil menyambungkan sisa pekerjaan pada tahun sebelum ini.
Untuk sampai ke titik pekerjaan peningkatan jalan tahun 2020 itu, harus menempuh perjalanan sejauh 14,5 km dari Pelabuhan Semulut Desa Banglas Barat dan 8 km jika berangkat dari dari Sungai Tohor. Jalan menuju lokasi proyek tak mulus. Kondisi base yang sudah lama dan tidak pernah dirawat, telah menciptakan bebearpa lubang di tengah jalan. Selain itu, juga terdapat genangan air lantaran parit yang ada di kiri kanan jalan telah tersumbat oleh sampah-sampah daun dan kayu.
Diceritakan Fajar, pekerjaan peningkatan jalan poros tahun 2020 ini tidaklah mulus-mulus saja tanpa hambatan. Faktor alam dan kondisi akses menuju titik proyek menjadi pengbambat dalam pembangunan. Jalur yang dilewati kendaraan pengangkut material, lebarnya hanya 1 meter (bekas penimbunan beberapa tahun silam). Sehingga, pihak rekanan harus melakukan pelebaran dan penimbunan di jalur tersebut agar kendaraan pengangkut material bisa mudah melintas.
Tak tanggung-tanggung, rekanan melakukan penimbunan sepanjang lebih kurang 2,5 km dan itu dilakukan tanpa bayaran. "Rekanan sangat komitmen menuntaskan pekerjaan. Mereka rela membersihkan dan menimbun jalan agar bisa dilewati kendaraan, jaraknya sepanjang 2,5 km," kata Fajar.
Setelah akses menuju proyek terbenahi, ada faktor penghambat lainnya. Tepatnya di daerah Air Tawar, ada genangan air di bodi jalan. Tinggi genangan air berkisar antara lutut hingga dada orang dewasa. Tak ubah seperti sungai, karena saat itu memang sering turun hujan dan diperparah dengan tidak maksimalnya parit di kiri kanan jalan.
Melihat kondisi jalan saat itu, kata Fajar lagi, banyak warga menilai pekerjaan tak akan bisa diteruskan, apalagi sampai tuntas. Cibiran itu, tak membuat Fajar dan kawan-kawan pesimis. Kata-kata dari warga dijadikan pemicu untuk membuktikan bahwa apa yang menjadi tanggungjawabnya akan dituntaskan sekuat tenaga.
Fajar pun berdiskusi dengan warga. Ia menggali informasi, solusi-solusi apa yang bisa diambil untuk mengatasi persoalan genangan air yang sangat dalam itu. Akhirnya, Fajar meminta bantuan pihak rekanan agar membawa excavator ke titik genangan air. Dengan alat berat ini, digali lah kanal mengarah ke Dusun Nerlang yang jaraknya sekitar 7 Km dari titik proyek. Penggalian kanal itu diharapkan bisa mengurangi genangan air. Untuk penggalian kanal sepanjang 7 km ini, sama sekali tidak mengeluarkan biaya tambahan.
Setelah kanal digali, berdasarkan masukan dari masyarakat, pada bodi jalan harus ditimbun dengan akar-akar kayu. Kemudian, di atas timbunan akar kayu ini dilapisi dengan batang-batang (kayu), uyung sagu dan geotek. Setelah itu baru dilakukan penimbunan base.
"Kata-kata dari masyarakat yang pesimis, kami jadikan pemicu semangat. Kita juga berdiskusi dengan warga, karena menyangkut kearifan lokal. Alhamdulillah, persoalan genangan air bisa teratasi. Tapi, di sini kami hanya bisa mengerjakan sepanjang 200 meter selama satu bulan. Kalau melihat keadaan saat itu, wajar orang pesimis. Genangan airnya sangat dalam, ada yang se lutut dan ada yang se dada orang dewasa" beber Fajar.
Selain di Air Tawar, beberapa titik di lokasi proyek juga ada genangan air. Genangan terjadi akibat parit yang ada di kiri kanan jalan sudah tertutup sampah-sampah daun dan kayu. Untuk mengatasi ini, pihak rekanan juga melakukan pembersihan jalur air (parit) agar lokasi kerja tidak terendam air. Penggalian parit ini merupakan inisiatif pihak rekanan karena memang tidak ada dalam kontrak kerja.
Dengan kondisi medan yang tidak begitu bagus, pekerjaan peningkatan jalan poros Lukun - Sungai Tohor ini baru tuntas selama 240 hari kalender.
Masih menurut Fajar, meski secara kontrak pekerjaan peningkatan jalan poros Lukun - Sungai Tohor telah tuntas, namun ada tanggungjawab moral yang dinilai belum selesai. Dimana, sekitar 14,5 km jalan poros menuju Pelabuhan Semulut perlu pemeliharaan. Sebab di kiri kanan jalan sudah dipenuhi semak belukar dan kayu-kayu hutan. Selain itu, juga terdapat lubang-lubang dan genangan air akibat parit banyak yang tidak berfungsi dengan baik.
Bermodalkan kedekatan, Fajar meminta pihak rekanan mau membantunya agar melakukan pembersihan terhadap semak belukar di bodi jalan. Selain itu, diminta juga menggali parit-parit yang selama ini telah tertutup oleh sampah-sampah daun dan kayu.
"Secara kontrak, kerjanya telah selesai. Tapi dengan kondisi jalan berlubang, tergenang air dan mulai tertutup semak belukar, kan kasihan sama warga. Mereka sangat berharap akses ini bisa tersambung dan mudah dilewati. Kalau ada genangan air, bisa-bisa sepeda motor warga mogok di sini," ungkap Fajar.
Guna memberikan akses yang memadai untuk masyarakat Tebingtinggi Timur, Fajar mengatakan telah memasukkan kegiatan pemeliharaan metode swakelola di tahun 2021. Pemeliharaan jalan poros Lukun - Sungai Tohor ini pada saat Dinas PU dipimpin Rosdaner SPd dan Bakri Adnan ST ditunjuk sebagai PPTK.
Fajar ingin, jalan poros yang sangat dinanti-nantikan sejak belasan tahun silam itu sudah baik dan bisa dilintasi dengan mudah, sebelum masa jabatan Bupati Irwan berakhir 17 Februari 2021. Sebab, kata Fajar, ini merupakan kenang-kenangan Bupati Irwan untuk masyarakat Kepulauan Meranti, khususnya masyarakat Kecamatan Tebingtinggi Timur. "Banyak kejadian yang kita alami ketika berusaha membuka akses darat Sungai Tohor ke ibukota ini. Kita bersyukur pekerjaan bisa selesai tepat waktu dan warga bisa memanfaatkan jalan ini," kata Fajar.
Terkait dengan komitmen pihak rekanan, Fajar mengaku sangat senang dan nyaman. Rekanan dianggap tak semata-mata memikirkan keuntungan. "Saya merasa nyaman dengan rekanan ini karena dia tidak semata-mata memikirkan keuntungan. Dia bekerja sambil beramal, hasil kerjanya pun memuaskan. Komitmen rekanan sangat tinggi dalam membantu kami membenahi persoalan jalan di Kepulauan Meranti," ungkap Fajar.
Atas terbukanya akses darat Lukun - Sungaitohor, Plt Camat Tebingtinggi Timur Tunjiarto MPd mengucapkan terimakasih kepada Bupati Kepulauan Meranti, Drs H Irwan MSi, dan Dinas PUPRPKP. Katanya, akses ini sangat berharga dan memang ditunggu-tunggu seluruh masyarakat. Sebab, dengan adanya akses darat, warga Tebingtinggi Timur bisa kapan saja ke Selatpanjang dengan ongkos yang sangat murah dan tidak terikat waktu.
"Kalau pakai transportasi laut, tak ada pegangan Rp 400.000 hingga Rp 500.000 ribu, saya tak berani berangkat. Bayangkan jika warga Tebingtinggi Timur berurusan di Selatpanjang, tak selesai sampai siang (urusan itu), mereka harus menginap, nambah biaya lagi. Tapi dengan adanya akses daerat, beli BBM Rp 10.000 saja sudah bisa ke Selatpanjang," ujar Tunjiarto.
Diakui Tunjiarto lagi, dengan terbukanya akses darat tersebut, yang diuntungkan tak hanya masyarakat Kecamatan Tebingtinggi Timur, tetapi juga masyarakat Kecamatan Rangsang. Masyarakat Rangsang juga bisa mempersingkat jarak tempuh dan mengiritkan biaya ke Selatpanjang dengan menyeberang ke Tanjung Sari Tebingtinggi Timur, lanjut ke Lukun kemudian menyebrang ke Selatpanjang.
"Kami yakin dengan adanya akses ini, bakal ada daerah-daerah baru, penduduk baru. Sebab, di Sungai Tohor Barat masih banyak lahan, sekarang saja sudah mulai ada yang membuat rumah di sana (dekat jalur lintas Lukun - Sungai Tohor Barat)," kata Tunjiarto.
Menurut informasi yang diperoleh, warga sudah mulai merintis jalan poros ini sejak tahun 2002. Saat itu wilayah Kepulauan Meranti masih menjadi bagian dari Kabupaten Bengkalis. Sejak itu pula, mereka berusaha sekuat tenaga agar jalan menuju Sungai Tohor bisa terbuka dan bisa dilewati. Berkali-kali ratusan warga turun bergotong royong untuk membersihkan bodi jalan. Namun, tak juga akses tersebut bisa dimanfaatkan.
Bahkan, saking butuhnya jalan poros tersebut, pernah ada seorang nenek renta ikut bergotong royong. Kejadiannya pada tahun 2014. Saat itu, puluhan warga Desa Lukun Kecamatan Tebingtinggi Timur bergotong royong di jalan poros menuju ibukota kecamatan, Sungai Tohor. Dari puluhan warga yang bergotong royong itu, ada seorang nenek-nenek, Wan Mone panggilannya.
Wan Mone, bukanlah nama sebenarnya. Namanya Asnah. Kala itu, Wan Mone disebut-sebut telah berusia lebih 70 tahun. Meski berada di usia senja, dia masih bersemangat untuk ikut bersama-sama warga lain membersihkan badan jalan menuju Sungai Tohor.
Di lokasi gotong royong, Wan Mone terlihat begitu bersemangat. Bersama perempuan lain yang lebih muda darinya, Wan Mone bergerak ke sana kemari mengumpulkan ranting-ranting kayu dan daun yang masih tertimbun di badan jalan. Sesekali terlihat Wan Mone mengayunkan parang yang dipegangnya untuk memotong akar-akar kecil.
Rasa lelah sepertinya tak ingin menghampiri Wan Mone. Padahal, untuk sampai ke lokasi gotong royong ini, Wan Mone harus berjalan kaki sejauh lebih kurang 9 km dari kediamannya, di Dusun Mawar tepatnya di depan Kantor Desa Lukun.
Kondisi jalan yang dilewati Wan Mone dan warga lain tidaklah mulus. Kayu-kayu hutan, semak belukar dan pohon sagu telah tumbuh di badan jalan. Akibat jarang dilewati, jalan itu menjadi jalan setapak karena hanya digunakan warga untuk ke kebun saja. Padahal, badan jalan ini lebarnya lebih mencapai 25 meter.
Wan Mone berharap jalan poros ini bisa segera dilewati. Sehingga, baik masyarakat Lukun maupun masyarakat di desa-desa yang ada di Kecamatan Tebingtinggi Timur bisa dengan mudah pergi ke Selatpanjang yang merupakan ibukota Kabupaten Kepulauan Meranti. Makanya ia dengan puluhan warga Desa Lukun, termasuk perempuan-perempuan lain, bersemangat ketika ada jadwal gotong royong membersihkan badan jalan poros tersebut.
Atas terbukanya akses darat Lukun - Sungai Tohor ini, memang sudah sepantasnya masyarakat Tebingtinggi Timur mengucapkan rasa syukur. Apa yang diimpi-impikan warga Tebingtinggi Timur selama ini, terwujud pada tahun 2020. Akses darat Lukun - Sungai Tohor telah tersambung dan bisa dilewati dengan sangat mudah. Warga akan lebih leluasa bepergian, tidak terikat dengan waktu. Selain biaya murah, jarak tempuh juga menjadi semakin singkat. Perputaran roda perekonomian juga diyakini akan lebih cepat karena mobilisasi barang dagangan atau sembako tak lagi terkendala.
Namun itu semua tidak bisa dirasakan oleh Wan Mone. Nenek renta yang dulu mempunyai semangat tinggi ketika bergotong royong, telah tiada. Wan Mone telah lebih dulu dipanggil Sang Pencipta sebelum ia melihat wujud dan merasakan akses darat Lukun - Sungai Tohor. Wan Mone meninggal dunia pada tahun 2018 yang silam.
Diceritakan Amran, anak kedua Wan Mone, semasa hidup ibunya itu memang suka berjalan. Bahkan, di usia senja, ibu nya masih rutin ke ladang yang jarak dari rumahnya sejauh lebih kurang 4 km. "Dia (Wan Mone, red) memang suka berjalan kaki. Ke ladang, berjalan kaki dan tak mau dibawa pakai sepeda motor," kata Amran.
Terkait dengan semangat Wan Mone, Amran menduga ada kaitannya dengan faktor makanan yang sering dikonsumsi. Diceritakan Amran, semasa hidup Wan Mone sangat jarang mengkonsumsi makanan berbahan kimia. Wan Mone lebih senang makan nasi dan berulamkan daun-daunan yang ada di sekitaran tempat tinggalnya. "Mungkin faktor makanan juga mendukung, sehingga emak kami itu masih kuat berjalan, padahal usianya sudah lebih 80 tahun," ujar Amran.
Terkait dengan keikutsertaan Wan Mone saat gotong royong, Amran mengaku sempat melarang. Amran khawatir, Wan Mone kelelahan sebab lokasi gotong royong sangat jauh. Namun, larangan Amran tak digubris Wan Mone. "Kata emak, kalau pun tak dapat memotong dan memikul kayu, membantu memasakkan air minum pun jadilah. Dia ingin memacu semangat anak cucu (warga Lukun)," cerita Amran.
Semasa hidup, Wan Mone sempat bercerita bahwa kalau jalan poros Lukun - Sungai Tohor telah tersambung, dia akan mengunjungi sanak saudara (keluarga, red) yang ada di Sungai Tohor. Wan Mone juga dikenal sebagai orang yang paling hobi bepergian, terlebih jika ada momen olahraga desa, turnamen Sepakbola. "Kalau ada pertandingan sepakbola, emak pasti pergi. Kadang kami larang, tapi tak bisa. Kata emak, "aku bukan menyusahkan mike. Tambang aku bayar sendiri, bekal aku bawak", ujar Amran menirukan apa yang pernah disampaikan emaknya itu.
"Kadang, kami pula yang menumpang makan dari bekal yang dibawakan emak. Semasa hidup dia memang suka jalan-jalan. Tapi itu lah, takdir berkata lain. Emak telah tiada sebelum jalan poros Lukun - Sungai Tohor ini siap dibangun," tambah Amran.
Wan Mone telah menunjukkan semangatnya dalam rangka mendukung percepatan pembangunan. Kini, semangat Wan Mone itu hanya tinggal kenangan. Wan Mone telah beristrahat dengan tenang, dia dimakamkan di Jalan Pusara Dusun Mawar.
- Polda Riau: Ramadan Aman dan Nyaman, Hiburan Malam Tutup!
- Gambar Pamflet Tahapan Pilkada 2020 Beredar, KPU Riau: Itu Tidak Benar!
- Warga Hibahkan Tanah Pribadi 2 Hektare Demi Berdirinya RSUD di Pulau Rupat
- 35 Honorer di UPT BLK Riau Tetap Dipertahankan
- Upacara HUT RI di Halaman Gubernuran Riau Berlangsung Sederhana
- Karyawan Sport Station Mal Pekanbaru Positif Covid-19, Pegawai Disdukcapil Tes Swab
Tulis Komentar