Legislator

Warga Emoh Tak Naik KRL Meski Disebut Risiko Tinggi Corona

Warga enggan tinggalkan KRL meski disebut Anies Baswedan berisiko tinggi menularkan virus corona.

GILANGNEWS.COM - Masyarakat pengguna moda transportasi kereta rel listrik (KRL) merespons pernyataan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan terkait potensi tinggi penularan virus corona (covid-19) di dalam gerbong kereta. Beberapa suara dari masyarakat itu menyatakan akan tetap berpergian dengan menggunakan KRL.

Salah satunya, Anwar Ardianto, seorang pegawai swasta yang bermukim di Depok. Pria berumur 26 tahun itu kesehariannya menggunakan KRL untuk dapat bekerja di Jakarta. Walaupun telah mendengar pernyataan Anies, Anwar mengaku tak memiliki pilihan lain untuk dapat mencapai tujuan dengan cepat.

Pasalnya, ia menyebut KRL satu-satunya moda transportasi tercepat dan termurah untuk dapat pergi menuju kantornya. "Saya itu ke kantor pagi, 7.30, kalau gak naik KRL, bisa telat pastinya dari Depok ke Jakarta macet sekali," kata Anwar saat dihubungi wartawan, Kamis (12/3).

Selain itu, Anwar juga mengaku apabila ia menaiki KRL, maka akan lebih menghemat biaya perjalanan dari dan menuju kantor dibandingkan naik ojek online.

"Selain itu, kalau naik ojek itu pasti capek kan, soalnya macet, duduknya lama," tuturnya.

Tak hanya Anwar, Shafriza (21) seorang pelajar yang bertempat tinggal di kawasan Tangerang, BSD juga sependapat. Shafriza mengaku setiap hari harus menggunakan KRL untuk dapat menuju kampusnya di kawasan Jakarta. Sebab, ia tak bisa mengendarai motor ataupun mobil.

"Saya mau gak mau tetap pakai kereta, soalnya saya gak bisa pakai motor atau mobil, trus kereta kan paling cepat juga, gak kena macet," ungkapnya.

Kendati demikian, Shafriza tak menyangkal ancaman terpapar covid-19 di area publik, termasuk moda transportasi umum seperti KRL memang besar. Ia kemudian mengaku hanya bisa pasrah dan mencoba untuk membugarkan badan agar tak terinfeksi virus corona.

"Paling cuma bisa jaga kesehatan aja sih, sekarang ini lebih banyak minum vitamin, makan jangan telat. Mau bagaimana lagi kalau naik shuttle atau bus pasti lama," ujarnya.

Sementara itu, Tanya Arfina (25) yang merupakan pegawai swasta yang bertempat tinggal di daerah Bekasi juga memiliki pendapat yang senada. Menurutnya, KRL sudah menjadi ketergantungan moda transportasi di wilayah Bekasi. Ia mengaku beberapa rekan-nya juga turut bergantung pada moda tersebut untuk dapat bekerja.

"Mau gak mau harus dihadapi (risiko corona) karena saya sendiri sudah bergantung sekali dengan KRL. Kerja cuma bisa naik KRL. Bisa saja ojek online, cuma mahal pasti," ungkap Tanya.

Ia kemudian meminta pemerintah untuk dapat meminimalisir risiko terjangkitnya masyarakat di KRL, maupun moda transportasi umum lainnya.

"Pemerintah harusnya sigap dong, kalau sudah tahu risiko tinggi di KRL ya tolong cari solusi, kasih semprot disinfektan, masker atau apalah setiap hari. Karena banyak pasti yang bergantung juga (dengan KRL)," tegasnya.

Sebelumnya, Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan meluruskan mengenai paparan perihal risiko kontaminasi virus corona (Covid-19) di transportasi publik Kereta Rel Listrik (KRL) Jalur Bogor-Depok-Jakarta Kota.

"Jadi yang disampaikan itu bukan bahwa saat ini ada kasus, bukan. Tapi bahwa saat ini kita punya potensi risiko-risiko, salah satunya adalah transportasi, tapi juga yang aspek-aspek lain," kata Anies di Balai Kota DKI Jakarta, Rabu (11/3).

Anies menjawab hal tersebut merujuk foto yang memperlihatkan dirinya sedang berbicara di hadapan pimpinan dinas dan BUMD pada Rabu pagi. Pada foto itu Anies terlihat sedang berbicara, sementara di layar presentasi di belakang dirinya mengenai 'Waspada Risiko Covid-19 via Transportasi Publik'.

Pada layar presentasi itu terdapat tiga keterangan yang salah satunya tertulis risiko kontaminasi terbesar terjadi di wilayah KRL-2, atau Rute Bogor-Depok-Jakarta Kota.


Tulis Komentar